PASAR DUNIA TRANSAKSI BERKAH DAN TERPERCAYA

Pasar Dunia Membantu Penjualan dan pembelian barang dan jasa yang anda perlukan.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 22 April 2015

Chocodot Garut Mendobrak Pasar Dunia

Kalau Bandung kita kenal dengan sebutan Paris Van Java, begitu juga dengan Garut orang-orang sering menyebutnya dengan sebutan Swiss Van Java. Kenapa di sebut demikian karena Garut termasuk area yang di kelilingi oleh gunung-gunung yang sangat sejuk di pandang mata seperti halnya keadaan topografis di negara Swiss yang memiliki banyak areal pegunungan.
 GARUT – wartaexpress.com - Garut merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki panorama pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan. Kabupaten Garut, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Tarogong Kidul. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Tasikmalaya di timur, di selatan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandungdi barat. Ibukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m dpl dikelilingi oleh Gunung Karacak (1.838 m), Gunung Cikuray (2.821 m), Gunung Papandayan (2.622 m), dan Gunung Guntur (2.249 m).
Selain itu Garut juga memiliki kekayaan kuliner yang tidak kalah menariknya dengan keindahan alamnya. Makanan yang paling khas dari Garut yaitu dodol, Bahkan kebanyakan orang bilang kalau pulang dari Garut tidak bawa buah tangan dodol katanya bukan dari Garut. Karena jenis makanan dodol sudah menjadi ciri khas dan menjadi salah satu icon makanan untuk kota Garut.
Adalah Chocodot (dibaca: cokodot.), dodol khas Garut yang mendobrak pasar dunia, dalam ide pembuatan chocodot timbul secara tidak sengaja. Suatu kali, Kiki Gumelar (pembuat roti dan coklat) secara tidak sengaja menjatuhkan dodol ke dalam adonan coklat.
Saat itulah muncul ide menjadikan dodol sebagai isi coklat. Setelah dicoba, ternyata menghasilkan rasa yang nikmat. Perpaduan tekstur dodol yang kenyal dengan rasa manis coklat terasa begitu pas saat menyentuh lidah.
Kiki Gumelar, pengusaha muda ini berhasil meraih UKM Award pada tahun 2010, untuk kategori inovasi produk. Chocodot, atau cokelat isi dodol, dinilai dewan juri sebagai produk yang inovatif. Penghargaan itu memotivasi Kiki untuk terus berkarya dan mengembangkan potensi daerah Garut melalui kuliner, sekaligus mengajak generasi muda mengembangkan potensi dirinya. Penghargaan ini membuktikan bahwa orang muda dari kota kecil pun bisa menjual kreativitasnya.
Kiki mengatakan, saat ini produksinya mencapai lima ton cokelat dan dua ton dodol/bulan untuk membuat berbagai produk pangan itu.
“Saya juga memasarkan chocodot dan yang lainnya lewat internet. Pembelinya dari berbagai daerah, termasuk dari Singapura,” kata Kiki.
Chocodot yang awal mulanya merupakan penggalan dari “chocolate with dodol Garut” telah berubah menjadi “Indonesian Chocolate”. Hal ini dikarenakan sang pembuat coklat ingin memperkenalkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki coklat yang tak kalah lezat dibanding coklat buatan luar negeri.
Soal rasa, chocodot memiliki varian yang sangat beragam. Mulai dari rasa coklat yang pahit, coklat susu, hingga coklat putih yang lembut. Pemilihan nama pun sangat unik. “Coklat anti galau”, “coklat enteng jodoh”, serta “coklat cetar membahana” menjadi nama-nama coklat yang tersedia di Gerai Chocodot di Garut.
Bahkan, jika Anda suka dengan ramalan shio, coklat dengan kemasan shio bisa menjadi pilihan. Coklat juga bisa dipilih sesuai dengan shio Anda.
Gerai dan toko chocodot dapat ditemui di Jalan Siliwangi dan pusat oleh-oleh di daerah Tarogong, Garut. ***azman
sumberhttp://wartaexpress.com/2015/03/17/chocodot-garut-mendombrak-pasar-dunia/

Rabu, 15 April 2015

Rambutan "Tangkue' Lebak Tembus Pasar Dunia

Konfrontasi - Produk berbasis komoditas rambutan "tangkue' asal Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menembus pasar dunia yakni sejumlah negara di ASEAN dan Timur Tengah.
"Sebagian besar petani di sini memasuki panen rambutan tangkue dan dipasok ke mancanegara melalui jasa perusahaan dari Jakarta," kata Saprudin, seorang penampung rambutan tangkue di Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Rabu (4/3).
Menurut dia, selama ini komoditas rambutan tangkue merupakan andalan petani Kecamatan Maja, Curugbitung, Sajira dan Rangkasbitung.
Permintaan buah rambutan tangkue itu cukup tinggi baik pasar lokal maupun mancanegara.
Kelebihan rambutan tangkue asal Lebak, selain manis, buahnya besar, juga tidak banyak mengeluarkan air.
Karena itu, kata dia, permintaan pasar Timur Tengah, seperti negara Kuwait, Abu Dhabi dan Oman lebih menyukai rambutan tangkue.
Mereka biasanya memakan rambutan tangkue pada malam hari bersama keluarga, karena rasanya sangat menyegarkan.
"Kami setiap pekan memasok buah rambutan ke luar negeri antara empat sampai tujuh ton, namun sebelum diekspor terlebih dulu disortir," katanya.
Ia mengatakan saat ini buah rambutan melimpah karena di beberapa sentra di Lebak memasuki masa panen.
Biasanya, masa panen rambutan bisa bertahan selama tiga bulan, sehingga dapat meningkat perekonomian masyarakat.
Petani di sini mengembangkan budi daya tanaman hortikultura sudah puluhan tahun dan kini masih menjadi unggulan komoditas daerah.
"Kami merasa terbantu jika musim panen bisa menampung komoditas buah rambutan milik petani Kecamatan Maja dan Curugbitung," katanya.
Sueb, salah seorang petani warga Kecamatan Curugbitung mengaku dirinya merasa terbantu dengan panenan rambutan tangkue.
Dari hasil panen rambutan, dia bisa membangun rumah dan membeli perabotan rumah tangga.
Jika musim panen rambutan petani setempat dipastikan pendapatan ekonomi masyarakat meningkat.
Hampir semua warga yang tersebar di sepuluh desa itu memiliki tanaman rambutan.
Mereka menanam rambutan di kebun-kebun dan halaman rumah.
Kebanyakan petani di sini menjual dengan cara diborong tangkal oleh tengkulak dengan harga Rp800 ribu/pohon.
"Buah rambutan tangkue Lebak ini telah dipatenkan oleh balai sertifikasi benih unggulan di Bogor," katanya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan pemerintah daerah terus mengembangkan komoditas berbasis lokal dengan pembudidayaan hortikultura, jenis buah-buahan, seperti rambutan, durian, pisang, manggis dan dukuh.
Bahkan, bila musim panen pada Januari sampai April komoditas rambutan dan manggis dipasok ke beberapa negara di Eropa, ASEAN dan Timur Tengah.
Selain itu juga dipasok ke Jakarta dan Tangerang.
"Kami terus mendorong pengembangan rambutan ini karena dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat," katanya. (ant/ar)
Sumber:http://www.konfrontasi.com/content/ekbis/rambutan-tangkue-lebak-tembus-pasar-dunia#sthash.4J7rEVf8.dpuf

Selasa, 07 April 2015

Potensi Arang Batok Kelapa di Pasar Dunia

Potensi Arang Batok Kelapa di Pasar Dunia - Seringkali kali kita melihat limbah tempurung atau batok kelapa yang berceceran di pasar-pasar tradisional. Padahal batok kelapa itu merupakan bahan baku untuk dijadikan arang yang bernilai ekonomis.


Potensi bisnis arang batok kelapa sangatlah besar, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Didalam negeri sendiri kebanyakan dipakai untuk keperluan memanggang, konsumennya kebanyakan adalah pedagang sate. Yang mengejutkan lagi ternyata harga arang batok kelapa di tingkat dunia cukup tinggi yaitu Rp 2.000.000,- per ton. Pangsa pasarnya adalah Cina dan Korea Selatan yang memerlukan arang batok kelapa untuk memasak di restoran sedangkan pangsa pasar Eropa memerlukan arang batok kelapa untuk memanggang.

Proses pengolahan tempurung kelapa menjadi arang dilakukan dengan cara dibakar. Setumpuk tempurung kelapa dimasukkan ke dalam drum. Kemudian, tempurung kelapa dibakar sedikit demi sedikit hingga penuh. Setelah semalaman barulah kemudian diayak untuk menyaring batok yang berkualitas baik seperti yang tampak di pinggiran kali di daerah kotabambu Jakarta Barat. Didaerah ini ada beberapa pembuat arang batok kelapa yang telah beroperasi sejak tahun 1980an.

Usaha ini cukup berhasil menghidupi keluarga mereka selama ini, sebenarnya dari tahun ke tahun permintaan akan arang batok kelapa terus meningkat. Setiap hari sudah ada para pengepul yang siap menampung arang batok.

Masih besarnya potensi arang batok kelapa merupakan salah satu peluang usaha yang memiliki prospek bagus bagi usaha kecil. (arang batok)

Rabu, 01 April 2015

Jurus Jitu Pasar Tradisional Melawan Pasar Modern

OLEH : ELISA B JUSUF
Marketing Advisor
Di era globalisasi ini, makin menjamur saja minimarket, supermarket, dan hypermarket. Apakah pasar tradisional kita akan lenyap dalam beberapa tahun mendatang? Bagaimana cara mempertahankan pasar tradisional yang juga menjadi sumber nafkah ribuan pedagang kecil?
Dari tahun ke tahun jumlah pasar tradisional di Indonesia mengalami penurunan sekitar 11% dari 75% pada tahun 2001 menjadi 66% pada tahun 2005. Sedangkan jumlah supermarket dan hypermarket mengalami peningkatan sekitar 3 % dari 20% pada tahun 2001 menjadi 23% pada tahun 2005. Minimarket mengalamai kenaikan sebesar 7% dari 5% pada tahun 2001 menjadi 12% pada tahun 2005.
Saat mendengar kata ‘pasar tradisional’ yang persepsi yang muncul adalah murah, alami, kotor, jorok, bau, sumpek. Tapi, ketika membayangkan supermarket, yang terbayang adalah suasana bersih, rapi, teratur, dan leluasa, walaupun harganya relatif lebih mahal dari pasar tradisional. Sehingga muncul pertanyaan, kalau harga di supermarket relatif lebih mahal dari pada di pasar tradisional mengapa orang – orang lebih memilih berbelanja di supermarket?
Alasannya adalah, supermarket menawarkan one stop shopping spot bagi pelanggannya sehingga semua kebutuhan bisa ditemukan di supermarket dan hypermarket. Didukung dengan atmosfir eksklusif, kerapian dan kebersihan menawarkan kenyaman berbelanja.
Lalu, apa yang bisa diharapkan dari pasar tradisional? Pasar tradisional memang bukan one stop shopping spot. Karena tiap pasar punya keunikannya sendiri. Misal Pasar Keputeran terkenal dengan sayurnya yang fresh, Pasar Blauran yang terkenal dengan jajanan pasarnya. Tapi, pasar tradisional memberikan atmosfir persahabatan antara penjual. Ada interaksi baik antar pembeli maupun antara pembeli dan penjual. Ini yang tidak ditemukan di pasar modern yang terkesan individualis dan eksklusif.
Jurus jitu apa yang diperlukan oleh pasar tradisional untuk menghadapi persaingan dengan pasar modern saat ini???
Jurus jitu tersebut adalah : Pertama, melakukan Segmentation, Targeting dan Positioning. Kedua, memberikan nilai tambah yang dipromosikan. Ketiga, membangun brand / nama.
Dimulai dari mensegmentasikan dan menargetkan konsumen berdasarkan keunggulan yang dimiliki masing – masing pasar. Misal, Pasar Keputeran yang terkenal dengan hasil pertanian yang fresh dan harganya yang murah. Selanjutnya menentukan konsumen yang bagaimana yang akan dibidik. Mungkin Pasar Keputeran bisa dijadikan distributornya pedagang di pasar – pasar kecil lainnya di Surabaya. Sehingga menekankan pada penjualan grosir dan harga murah. Jadi, harus ditekankan pada para pedagang pasar Keputeran bahwa mereka hanya boleh menjual dalam jumlah besar. Dari sini jelas bahwa yang menjadi target konsumen Pasar Keputeran adalah para pedagang sayur di pasar lainnya di Surabaya.
Brand atau nama tujuannya sebagai tanda pengenal. Membangun brand pasar ini, pertama dengan mengubah image masyarakat tentang pasar tradisional yang terkesan jorok dan kotor harus diubah menjadi asri dan bersih. Lalu, melakukan positioning pada brand masing – masing pasar, misalnya dengan memberikan tag Line ’Keputeran Selalu Menawarkan Kesegaran’. Tapi tag line itu harus direalisasi dan dipenuhi oleh segenap pedagang pasar dan pemerintah. Karena tag line itu adalah sebuah janji yang harus dipenuhi. Tujuannya supaya masyarakat benar – benar merasakan adanya perubahan. Tujuan awalnya adalah menarik masyarakat berbelanja di pasar.
Kalau masyarakat atau konsumen sudah mulai berdatangan maka, yang dibutuhkan selanjutnya adalah usaha dari masing – masing pedagang untuk bersaing secara sehat satu sama lain. Karena di dalam pasar bisa didapati 10 penjual sayur yang menjual produk yang kurang lebih sama. Sehingga yang harus dilakukan para pedagang sayur ini adalah membangun brandnya masing – masing. Misalnya dengan memberi nama standnya ’Warung Sayur Mbah Surip’. Manfaatnya bagi pedagang tersebut adalah setidaknya ada nama yang bisa dikenal dan diingat oleh pembeli. Manfaat lainnya adalah memudahkan pelanggan mencari stand mereka. Jadi kalau ada orang yang lupa di mana letak stand Warung Sayur Mbah Surip maka dia bisa menanyakan pada orang sekitar karena ada nama sebagai tanda pengenal.
Sepertinya memang tampak sedikit aneh untuk melakukan perubahan ini pada pasar tradisional. Apa lagi dari jaman nenek moyang kita, yang namanya pedagang sayur tidak pernah memberi nama pada stand mereka. Tapi, sekarang ini jamannya sudah berubah! Kita hidup di era modern dengan persaingan super ketat. Konsumen makin pintar, maka produsen dan penjual harus lebih pintar dari konsumen. Konsumen sekarang memiliki banyak pertimbangan dalam memilih produk. Maka dari itu, produsen dan pedagang harus pintar – pintar menonjolkan nilai plus yang dimiliki.
”Nelayan dan petani akan terus terjepit karena mereka tidak pernah memberikan nilai tambah pada produk mereka.” kata David Sukardi Kodrat Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Ciputra.
Sama halnya dengan petani, pedagang pasar tradisional menjual hasil alam. Maka, yang perlu dilakukan oleh pedagang pasar adalah memberikan nilai pluspada produk yang dijual. Nilai plus itu bisa dalam bentuk macam – macam.
Nilai tambah ini bisa dimulai dari kebersihan dan kerapihan pada pasar tradisional. Kesadaran akan kebersihan harus dibangun dan ditumbuhkan di kalangan pedagang. Selain itu penataan barang dagangan yang rapi dan menujukkan keindahan. Lalu, kemasan yang menarik atau bahkan menghiasi stand dengan beberapa ornamen yang sederhana tapi tampak cantik. Acungan jempol bagi para pedagang sayur keliling yang secara tidak langsung mereka sudah melakukan pengembangan dalam cara menjual sayur. Kalau biasanya pasar berlokasi di satu tempat tertentu, pedagang keliling membuat konsep pasar berjalan. Akan tetapi perlu adanya pengembangan lebih apik untuk pedagang sayur keliling. Misalnya dengan membunyikan suara – suara tertentu saat berkeliling tujuannya untuk menarik perhatian orang yang di dalam rumah.
Saya yakin bahwa Pemda Surabaya dalam hal ini tidak tinggal diam dan terus melakukan usaha untuk membangun kembali citra pasar tradisional. Jika tidak, jumlah pasar tradisional yang dapat bertahan di Indonesia akan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Jangan meremehkan pedagang kecil, karena mereka adalah entrepreneur skala mikro yang akan menyokong perekonomian bangsa ini. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah pedagang kecil dan mikro di Jawa Timur tergolong tertinggi dengan rata – rata 20% (tahun 1998 – 2004) jika dibandingkan dengan propinsi – propinsi lain. Ini menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki potensi Sumber Daya Manusia dan SDA yang besar, maka pedagang pasar tradisional perlu didukung untuk bersaing dengan pasar modern yang didominasi oleh perusahaan asing. Ini menjadi kewajiban pedagang, pengelolah pasar dan segenap masyarakat sekitar untuk turut serta dalam membangun perekonomian bangsa ini melalui industri mikro yang dimulai dari pasar tradisional dahulu.
Dimuat di Surabaya Post edisi  3 September 2009sumberhttps://optimizemarketing.wordpress.com/2010/02/02/jurus-jitu-bagi-pasar-tradisional-melawan-supermarket/