PASAR DUNIA TRANSAKSI BERKAH DAN TERPERCAYA

Pasar Dunia Membantu Penjualan dan pembelian barang dan jasa yang anda perlukan.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 01 Desember 2015

Hasil Observasi Pasar Tradisional 3

HASIL OBSERVASI TENTANG SIKAP PEMBELI TERHADAP PEDAGANG DI PASAR GEDE BAGE


BAB I

PENDAHULUAN


1.1        Latar Belakang


Makhluk hidup akan menjalin hubungan saling ketergantungan antar makhluk hidup di dalam komunitas. Selain itu, makhluk hidup juga akan menjalin hubungan dengan lingkungannya manusia merupakan mahluk social dimana saling membutuhkan satu sama lainya disamping itu manusia merupakan mahluk yang konsumarisme dan tidak terlepas dari urusan keperniagaan dan otomatis akan menimbulkan respon antara dari stimulus yang ada.

Perdagangan merupakan sebuah konsep perekonomian yang paling tua umurnya, dari zaman peradaban dahulu1 sampai saat ini, perdagangan menjadi sentral perekonomian dunia. Perdagangan adalah menawarkan produk yang kita punyai untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup, baik untuk yang memproduksi maupun untuk para konsumen. Salah satu contoh perdagan ialah pasar. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli barang maupun jasa dengan adanya kesepakatan harga antara kedua belah pihak, atau disebut transaksi.

Pasar Gede Bage Bandung, merupakan pasar tradisional yang ada di kawasan Bandung selatan. Pasar Gede Bage ini, merupakan sental perekonomian bagi masyarakat Bandung Selatan khususnya, karena pasar di pasar Gede Bage ini, terdapat berbagai macam kebutuhan kehidupan manusia, dari mulai sandang, pangan, dan papan yang berbagai jenis, bentuk, dan harganya.

Pasar Tradisional, ialah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada proses tawar menawar, infrastrukturnya biasanya terdiri dari kios/gerai, los, dan dasaran terbuka. Dari adanya penjual dan pembeli maka timbulah transaksi dan komunikasi yang diwarnai dengan berbagai sikap para pengunjung atau pembeli terhadap pedagang dengan begitu hubungan sosiosistempun terciptakan. Oleh karena itu, laporan penelitian ini berjudul “SIKAP PENGUNJUNG TERHADAP PEDAGANG di PASAR GEDE BAGE”


1.2       Problematika

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, Sikap seorang pengunjung atau pembeli terhadap pedagang itu bervariasi, tergantung individu masing-masing. Faktor interaksi social dan sikap sangat mempengaruhi terhadap kelangsungan transaksi antara pedagang dan pembeli bahkan bisa menghambat terjadinya transaksi diantara keduanya, mengapa hal ini  bisa terjadi? Apakah yang menyebabkan transaksi antara mereka berjalan dengan lancar? Bagaimana pedagang menyikapi respon dari pembeli terhadap karena adanya pemicu yang menimbulkan berbagai komplein yang lontarkan oleh para pembeli?


1.3       Tujuan Penelitian

Setelah meneliti atau mengamati keadaan pasar Gede Bage, khususnya mengamati para perilaku pembelinya, sesuai keadaan sebenarnya, tujuan laporan penelitian ini selain untuk menjelaskan uraian pertanyaan yang kami rangkum dalam pembahasan Problematika di atas, juga untuk menjelaskan tujuan yang lebih struktural yang terbagi kedalam dua kategori, diantaranya sebagai berikut :

1.      Tujuan Ilmiah, yaitu sebagai bentuk keteraturan kesepakatan proses perkuliahan antara kami (peneliti) dan dosen sebagai pengajar atau pemberi materi dan arahan, sehingga laporan ini sebagai salah satu pemenuhan tugas akademik mata kuliah Ekologi Manusia.

2.      Tujuan Operasional, adapun tujuan operasional ialah sebagai gambaran mengenai perilaku pengunjung atau pembeli terhadap pedagang yang ada di Pasar Gede Bage  mengenai sosiosistem yang tercipta di tempat tersebut bagaimana sikap pembeli dan interaksi yang seperti apakah yang mereka ciptakan dengan ditelitinya hal tersebut kita bisa mengetahui pola interaksi yang tercipta dan kita bisa mendeskripsikan sosiosistem yang ada di pasar Gede Bage.


1.4       Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Dengan adanya laporan ini, penulis dapat memenuhi tugas Kelompok yang merupakan tugas terstruktur mata kuliah Ekologi Manusia dan menambah wawasan mengenai Perilaku atau sikap pengunjung terhadap pedagang.

2. Bagi Pembaca

Dengan adanya pembahasan ini pembaca akan mendapatkan penjelasan dan menambah pengetahuan mengenai Perilaku atau sikap pengunjung atau pembeli terhadap pedagang di teliti oleh penulis di lingkungan pasar tradisional Gede Bage Bandung.




BAB II

METODE PENELITIAN


2.1       Teknik Pengumpulan Data

a.      Observasi

Tehnik Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati atau memperhatikan obyek penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung serta mengadakan pencatatan tentang hasil pengamatan tersebut secara sistematis.

Adapun teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi aktif yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan data tentang sikap pembeli terhadap pedagang di pasar Gede Bage. Kami juga dalam proses mencari data yaitu menggunakan system kelompok dalam kelompok yaitu berkelompok tetapi dalam pencarian datanya di bagi dua yang bertujuan supaya data yang kami peroleh banyak.

b. Wawancara (Interview)

Teknik wawancara adalah teknik percakapan dengan maksud tertentu . Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan percakapan antara peneliti dan narasumber sehingga adanya proses tanya jawab antara peneliti sebagai penanya, dan para pedagang di pasar sebagai penjawabnya (narasumber).

c. Dokumentasi

Penelaahan teori-teori besar tentang pasar dan perekonomian. Yang penulis rujuk untuk menjadikannya tambahan dan penyempurnaan laporan ini. Diantaranya adalah Dokumentasi Karya Ilmiah, dan Internet.








2.2  Editing dan Koding data

Karena keterbatasan waktu, maka kami tidak dapat melampirkan Data Koding. Oleh karena itu, otomatis editing pun tidak ada. Maka kami hanya melampirkan dan membahas dengan mengumpulkan data dari interview atau wawancara, dan internet.


2.3  Analisis Data ( Sosiosistem)

Pasar merupakan tempat dimana terdapat banyak tersedia makanan atau benda untuk memenuhi kebutuhan manusia guna untuk melangsungkan kebutuhan hidupnya. Dengan adanya penjual dan pembeli maka terjadilah hubungan interaksi social yang terjadi diantara keduanya.

Dengan pertemuan kedua orang tersebut pada satu tempat yang sama tetapi mempunyai tujuan yang berbeda dimana saling menguntungkan satu sama lainya. Maka tak jarang dari kedua maksud tersebut timbul respon yang positif tak jarang juga yang timbul itu bisa respon negatif, tergantung bagaimana seseorang menanggapinya. Terkadang orang yang merespon positif mendapat respon positif pula. Oleh sebab itu sangat diperlukan sikap yang baik, baik itu penjual ataupun pembeli dalam suatu pasar, Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk menjaga hubungan antara penjual dan pembeli. Akan tetapi, apabila jika salah satu diantara penjual ataupun pembeli bersikap kurang baik maka akan mendapat respon yang kurang baik juga. Hubungan antara penjual dan pembeli haruslah berlangsung dengan baik agar terjalin interaksi yang positif.


BAB III

DESKRIPSI TEMUAN PENELITIAN LAPANGAN


3.1       Sikap Pembeli terhadap Pedagang

Gambar 1.1 Kelompok 8 ketika akan melakukan observasi lapangan ke pasar Gede Bage Sabtu 20/04/2013

Pada hari Sabtu (13/04/2013) kami mengunjungi pedagang yang berjualan Nasi kuning sekaligus bubur ayam yang bernama Ibu Iroh sudah berjualan selama 18 Tahun di Pasar Gede Bage. Beliau asli dari tasik.di bandung,beliau ada di bandung hanya merantau. Beliau memaparkan bahwa seorang pedagang haruslah bersikap yang baik agar konsumen juga merasa nyaman dan bersikap baik pula pada pedagang.karena itu yang dirasakan oleh Ibu Iroh.

Gambar 1.2 Ibu Iroh penjual nasi kuning saat di wawancarai oleh salah satu kelompok kami yaitu Khoerunisa Ambar Hasna


Ibu Iroh bersikap baik kepada pembeli,jadi sikap pembeli juga baik terhadap Ibu Iroh.Ibu Iroh tidak pernah bersikap kasar kepada pembeli,bahkan ketika preman sekali pun yang membeli nasi kepada Ibu Iroh , Ibu Iroh selalu bersikap baik.bubur yang dijual Ibu Iroh dijual dengan harga 3000/mangkok,sedangkan nasinya tergantung dengan lauk pauknya. karena Ibu Iroh tidak hanya menjual nasi kuning dan bubur.tetapi beliau juga menjual lauk pauk.menurut beliau para pembeli selalu bersikap ramah kepada beliau, itu di karenakan sikap beliau juga ramah kepada pembeli.

Menurut kami, di zaman yang seperti sekarang ini, jarang sekali ada pedagang yang ramah kepada pembeli. apalagi jika pembeli awalnya menawar, lalu terjadi tawar menawar dengan pedagang, tetapi pada akhirnya pembeli tidak jadi membeli, disitu pedagang terkadang kesal dan marah-marah kepada pembeli, karna sudah tawar menawar, tetapi tidak jadi membeli. tetapi Ibu Iroh tidak seperti itu, Ibu Iroh sangat baik terhadap pembeli, beliau selalu welcome kepada siapapun yang mendatanginya. karena menurut beliau, pedagang butuh pembeli, jika tidak ada pembeli, pedagang tidak punya pendapatan, walaupun pendapatan itu tidak banyak, tetapi setidaknya bisa untuk makan sehari-hari.

Tapi menurut pemamparan Ibu Iroh bahwa terkadang pembeli juga berhutang kepadanya walaupun besoknya dibayar oleh pembeli yang berhutang sehingga Ibu Iroh kadang kurang mendapat untung pada hari itu, Tetap bu Iroh menyikapinya dengan santai dan lapang dada, bu Iroh sadar dalam dagang ada pasang surutnya.

Gambar 1.3 Salah satu kelompok kami Jamal sedang mewawncarai salah satu pedagang makanan di Gede Bage.


Selain bu Iroh kami mendapatkan informasi dari beberapa responden diantaranya yaitu, Bapak Arif usianya 45 tahun yang bertempat tinggal di Leuwi Goong dan beliau berjualan sayuran di Pasar Gede Bage. Pak Arif menjual varian sayuran seperti wortel, kol, salada dan lain sebagainya, kita tahu bahwa sayuran sekarang sudah dikategorikan kebutuhan primer dalam urusan rumah tangga, maka tak heran sekarang harga sayuran sering mengalami lonjatan harga, dari informasi yang kami dapat dari pak Arif bahwa sekarang harga sayuran sudah stabil kembali setelah sebelumnya mengalami kenaikan harga,dari factor kenaikan harga tersebut tak jarang banyak pembeli yang sedikit protes. Pak Arif menyikapinya dengan tenang dan santai saja, beliau sudah biasa menghadapi sikap para konsumen yang pro dan kontra.

Tetapi dengan sikap Pak Arif yang ramah terhadap pembeli sehingga ada pembeli juga yang merasa enjoy dengan pelayanan dari pak arif, maksud pelayanan di sini yaitu cara komunikasi beliau untuk berinteraksi sehingga menciptakan pengaplikasian sosiosistem terealisasikan secara baik meskipun  beliau tidak menyadari secara langsung.

Gambar 1.4 pak arif penjual sayuran saat setelah diwawancara.


Kemudian selain Pak Arif kami juga mencoba utuk mendapatkan informasi dari Pak Iron yang usianya 28 tahun dia seorang pedagang ayam, kami lebih menganalisis para pedagang yang objek dagangannya itu lebih bersifat urgent  atau termasuk pada dagangan yang primer. Ayam merupakan salah satu makanan yang rating pembeliannya itu cukup tinggi dipasaran maka tak jarang sering terjadi lonjatan harga yang cukup drastis apa lagi ketika ada moment tertentu seperti bulan puasa, menurut informasi yang kami peroleh, kenaikan harga tersebut bisa disebabkan karena para peternak ayam mengurangi pemasokanya dikarenakan ada wabah penyakit yang menyerang ayam para peternak ayam tersebut.

Gambar 1.4 pak Iron Penjual daging ayam.


Sama seperti sebelum- sebelumnya, ketika harga ayam naik tak sedikit para pembeli yang protes, sikap pak Iron sama seperti sikap pak Arif santai dalam menghadapi pembeli, dengan karakter pak Iron yang humoris, dia lebih bisa membawa pembeli enjoy dengan transaksinya meskipun dibumbuhi dengan celotehan-celotehan yang bisa memberikan nyaman kepada pembeli dan celotehan yang pak Iron utarakan tidak keluar batas.

Yang dijadikan objek obsrvasi kami bukan hanya pedagang pangan tetapi pedagang sandang juga dijadikan objek analisis kami, kami melakukan wawancara dengan Pak Iwan usianya 40 tahun dia seorang perantau dari pulau sebrang yaitu Sumatra, dan menetap sekarang di Cileunyi, Bandung. Pak Iwan berjualan pakaian di pasar Gede Bage.

Terkadang dalam karakter seseorang atau realisasi penyikapan seseorang ada yang responsible ada yang non-responsible, factor perbedaan daerah atau tempat asal terkadang bisa menimbulkan satu ketimpangan dalam beriteraksi karena tidak adanya satu sifat. Meskipun Pak Iwan bukan dari keturunan Sunda dan dari keturunan Sumatra sering orang menjustifikasi bahwa orang sebrang itu mempunyai watak yang keras tetapi tidak semua seperti apa yang dikata, buktinya Pak Iwan, memang beliau kelihatan dari luarnya seperti orang yang keras tetapi setelah kami berbincang- bincang dengannya Pak Iwan sangat ramah dan enak utuk diajak ngobrol.

Gambar 1.5 Pak Iwan seorang penjual Jeans setelah diwawancarai.


Berdasarkan penuturan beliau mengenai pernyataan yang kami utarakan prihal sikap pembeli terhadap pedagang, menurut penuturan beliau para pembeli yang datang menampakan sikap yang bervariatif ada yang responsible dan non responsible begitupula ada yang ramah da nada yang biasa saja tetapi Pak Irwan menanggapinya dengan santai saja sekalipun ada pembeli yang rewel terkadang dalam hati beliau seringkali terpancing emosi tetapi itulah warna warni dalam berdagang.

Dalam penuturan beliau mengatakan bahwa seringkali bertukar pikiran atau bisa dikatakan sharing dengan mahasiswa-mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung  yang berasal dari negeri sebrang yaitu dari Malaysia dan juga dari luar pulau seperti dari papua. Maka tak heran ketika kami berbincang dengan Pak Iwan, beliau menuturkan argumennya menggambarkan seseorang yang mempunyai intelegensi yang tinggi. Maka disana kita bisa tahu bahwa pendidikan itu tidak terbatas pada semua umur sekalipun itu hanya seorang pedagang, skill dan intelektual harus seimbang demi kelancaran dalam menjalani kehidupan.

Dari deskripsi hasil observasi yang telah kami paparkan diatas, kami mendapatkan suatu kesimpulan bahwa sikap seseorang itu bagaimana stimulus dari objek sikap tersebut, sikap itu di realisasikan dalam bentuk perilaku baik itu dalam situasi dan kondisi apapun seseorang pasti akan memiliki tendensi dalam merealisasikan sikap tersebut. Dari hasil observasi tersebut kami meneliti pengaktualisasian sikap seorang individu terhadap individu lain khusunya dalam berniaga. Sikap yang di tampakan seorang pembeli terhadap seorang pedagang itu merupakan salah satu pendeskripsian realisasi sikap dalam bentuk interaksi baik itu secara komunikatif ataupun tidak tetapi membentuk satu sosiosistem dari pelaku objek sikap.

BAB IV

PEMBAHASAN


4.1       Pendekatan analisis Sosiosistem

Sosiosistem adalah sebuah system interaksi dengan manusia lainya seperti adaptasi, seleksi, kompetisi, resiliensi, toleransi dan lain-lain yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dilapangan.

Dilihat dari keadaan sosiosistem di pasar Gede Bage,komponen sosiosistem yang ada di pasar Gede Bage yaitu penjual dan pembeli. dari segi adapatasinya sudah tercipta adanya kesinambungan antara penjual dengan pembeli meskipun tidak secara terorganisir tetapi sudah terbentuk, tidak hanya itu dari segi interaksinya terjalin dengan baik meskipun terkadang ada ketimpangan misalnya ada pro dan kontra yang dipicu oleh kenaikan harga .

Disini sosiosistem yang dibangun dapat mewujudkan sosiologis, disamping adanya nilai-nilai komitmen dan integritas antara pihak yang berinteraksi. Pola interaksi yang tercipta yaitu dari sikap yang di munculkan oleh penjual terhadap pembeli dan itu kan memicu komunikasi antara keduanya.

Adaptasi antara manusia dengan sesama manusia yang bersifat benda misalnya, adaptasi dalam mengonsumsi menu makanan pokok atau makanan tambahan, tidak hanya itu juga adaptasinya merembah seperti ke pakaian atau kebutuhan sekunder yang lainnya. Misalnya mahasiswa yang lapar setelah selesai kuliah, mampir di rumah makan yang telah dihidangkan dan dimasak oleh pihak rumah makan, dan mahasiswa teresebut mengkomsumsi hasil kerja pihak rumah makan itu. Contoh lain misalanya dalam bentuk perlengkapan rumah tangga seperti perlengkapan dapur, kamar tidur, ruang tamu dan yang lainnya, mereka sama-sama beradaptasi.

Dalam sosiosistem terjadi keteraturan karena adanya arus materi dan energy yang dikendalikan oleh informasi antara komponen dalam sosiosistem itu. Informasi itu bisa berupa fisik atau benda, sifat, warna, kelakuan, suhu, keadaan, bentuk dan isyarat.


BAB V

PENUTUP


5.1       Kesimpulan

Dalam setiap  keadaan dan dimanapun kita berada tentunya kita tidak terlepas dari bagaimana kita bersikap dan berperilaku, karena bersikap merupakan komponen utama dalam berinteraksi dengan sesama. Begitu juga sikap yang tumbuh dari para pembeli terhadap pedagang khususnya di Pasar Gede Bage yang bervariasi dan juga berbeda-beda karena masing-masing individu tentunya mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda-beda terhadap objek sikap yang mereka hadapi.

Dalam sikap itu ada penyikapan, disini para penjual merespon atau menyikapi dari sikap pembeli, meskipun terkadang rewel tetapi para pedagang sabar dan tenang dalam menyikapi siakap para pedagang. Berdasarkan fakta dilapangan bahwa disini sudah membentuk satu konsep sosiosistem antara pedagang dan pembeli meskipun mereka tak menyadarinya, dengan adanya interaksi dan komunikasi dari keduanya maka secara tidak meyadari bahwa mereka sudah membentuk satu sosiosistem dalam lingkungan pasar tersebut.


5.2       Saran

Sebagai sentral transaksi jual dan beli, dan juga sebagai tempat perekonomian yang sangat tinggi, pasar seharusnya menjanjikan dan memberikan kontribusi untuk para manusia, baik pembeli, pedagang, pengusaha, atau pemiliknya. Karena dari pasar interaksi antara penjual dan pemebelinya akan lebih tercipta secara intensif karena sifatnta langsung dan pace to pace. Dan tidak hanya itu dari komunikasi yang tercipata dari penjual dan pembeli maka pasar juga bisa dikatakan sebuah mediasi untuk beeinteraksi dan dari pasar juga kita bisa mengenal dan memahami bebagai sikap dari sang pembeli maka disitulah akan terbentuk sosiosistem meskipun mereka tak menyadarinya . Dengan meningkatakan infrastruktur yang ada dipasar maka kebanyakan orang juga tidak akan berpindah ke supermarket. Jadikanlah kenyataan ini sebagai proses pembangunan citra baru yang lebih baik dan lebih menjanjikan untuk kehidupan pasar kedepannya, karena di pasar tradisional terdapat kesemrawutan yang sangat kontras.




DAFTAR PUSTAKA


Anwar Mufid Sofyan. Ekologi Manusia. Remaja Rosdakarya. Bandung : 2010

Minggu, 01 November 2015

Persamaan Bisnis Pasar Tradisional dan Pasar Modern

LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN BISNIS
ACARA II
PERSAMAAN BISNIS
PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN
Disusun oleh
Nama Mahasiswa : Rr. Mella Miandi
NIM : 11/321477/DTP/00707
Kelp/shift : D1/2
Hari, tanggal : Senin , 12 Maret 2012
Asisten : Resti Isma Astuti
PROGRAM DIPLOMA III AGROINDUSTRI
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Dalam dunia bisnis, perusahaan dikatakan berhasil jika produk yang dihasilkan dapat mendapat perhatian dari pasar dan konsumen. Perusahaan harus memiliki pertimbangan dalam menentukan pasar yang akan di salurkan produknya agar memperoleh perhatian dari konsumen. Ada dua jenis pasar yang harus dipertimbangankan yaitu pasar tradisional dan pasar modern.
Sekarang pasar modern telah menjamur di setiap pelosok daerah di Indonesia, sedangkan pasar-pasar masih tetap bertahan dengan tradisinya. Pasar tradisional mulai memulai persaingan agar pelanggan tidak perpindah ke pasa modern. Pasar tradisional mulai mengubah atau menata ulang letak-letak warung atau lapak yang mereka tempati sehingga lebih menarik perhatian konsumen.
Oleh karena itu, praktikum manajemen bisnis kali ini akan membahas tentang perbedaan pasar tradisional dan pasar modern. Agar para praktikan mampu untuk menentukan pasar mana yang akan dipilih untuk memasarkan produknya.

  1. Tujuan
  1. Memahami konsep bisnis secara tradisional.
  2. Memahami pengelolaan bisnis secara modern.
  3. Memahami kekuatan dan kelemahan pasar modern dan pasar tradisional.
  4. Memahami perbedaan dan persamaan pasar modern dan pasar tradisional.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pasar adalah sebuah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melakukan transaksi jual-beli. Pasar dibagi menjadi dua: pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional biasanya terdiri atas kios-kios atau gerai yang dibuka oleh penjual. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari, seperti bahan-bahan makanan, berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, dan lain-lain. Untuk pasar modern, sebenarnya tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga/pelayan (Permadi, 2007).
Dalam arti sempit, pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Dalam kajian ilmu ekonomi, pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan dan penawaran barang/jasa tertentu sehingga terbentuk harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan (Sofiah, 2009).
Pemasaran adalah pelaksanaan dunia usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen atau pihak pemakai. Defenisi ini hanya menekankan aspek distribusi ketimbang kegiatan pemasaran. Sedangkan fungsi-fungsi lain tidak diperlihatkan, sehingga kita tidak memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang pemasaran (Kottler, 2000).
Secara sederhana, definisi pasar selalu dibatasi oleh anggapan yang menyatakan antara pembeli dan penjual harus bertemu secara langsung untuk mengadakan interaksi jual beli. Namun, pengertian tersebut tidaklah sepenuhnya benar karena seiring kemajuan teknologi, internet, atau malah hanya dengan surat. Pembeli dan penjual tidak bertemu secara langsung, mereka dapat saja berada di tempat yang berbeda atau berjauhan. Artinya, dalam proses pembentukan pasar, hanya dibutuhkan adanya penjual, pembeli, dan barang yang diperjualbelikan serta adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli. Contoh pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern (Maynardo, 2010).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar yang terjadi. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Sisi negatif dari pasar tradisional adalah keadaannya yang cenderung kotor dan kumuh sehingga banyak orang yang segan berbelanja disana. Beberapa pasar tradisional yang “legendaris” antara lain adalah pasar Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi “serangan” dari pasar modern (Maynardo, 2010).
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama, seperti piring, gelas, pisau, kipas, dan lain-lain. Berbeda dengan pasar tradisional yg identik dengan lingkungannya yang kotor, pasar modern justru kebalikannya. Maka dari itu, masyarakat sekarang cenderung memilih pasar modern sebagai tempat belanja guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan, hypermarket, supermarket, dan minimarket (Maynardo, 2010).
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
  1. Alat dan Bahan
  1. Alat
  1. Kertas Hvs
  2. Alat tulis
  1. Bahan
  1. Modul praktikum
  2. Referensi
  1. Cara Kerja
  1. Menjelaskan dampak positif dan negative adanya pasar modern dan pasar tradisional.
  2. Menjelaskan bagaimana perkembangan dan pengembangan masing-masing pasar.
  3. Membuat rencana bisnis dibidang Agroindustri dan memilih untuk membuka usaha dengan konsep pasar modern atau pasar tradisional.
  4. Mempresentasikan rencana bisnis dibidang Agroindustri dengan alas an dan tujuan pemilihan pemasaran menggunakan pasar modern atau pasar tradisional.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Hasil
  1. Dampak positif dan negative
  1. Pasar Modern
Positif
Negatif
  1. Lebih higienis
  2. Melewati proses penyortiran
  3. Sarana lebih canggih
  4. Tata letak diatur
  5. Lokasinya strategis dan mudah dijangkau
  6. Bisa melihat harga produk
  7. Menarik konsumen
  8. Produknya sudah SNI
  1. Harga sudah ditentukan tanpa tawar menawar
  2. Terkena pajak
  3. Tidak bisa ditawar
  4. Harga lebih mahal
  5. Tidak semua produk dijual dipasar modern
  6. Merugikan bagi supplier
  7. Memiliki standar harga sendiri
  1. Pasar tradisional
Positif
Negative
  1. Terdapat beragam pilihan
  2. Lebih murah
  3. Mudah ditawar
  4. Pegawainya lebih ramah
  5. Masih ada sistem barter
  6. Bisa mencari alternative lain kalau barang yang dicari habis
  7. Barang yang tersedia lebih banyak
  8. Lebih menarik konsumen
  9. Bervariasi dari mutu rendah hingga mutu tinggi
  10. Tersebar diman-mana
  11. Menawarkan jasa angkut
  12. Dapat membuka lapangan pekerjaan
  1. Kebersihan kurang
  2. Tidak melewati proses sortir
  3. Manajemen keuangannya kurang menarik
  4. Tata letak kurang nyaman
  5. Tidak tahu mana yang baik dan yang kadaluarsa
  6. Mutu ada yang baik dan ada yang jelek
  7. Fasilitas pembayarannya kurang
  1. Perkembangan dan Pengembangan masing-masing pasar
  1. Pasar Modern
Perkembangan
Pengembangan
  1. Mudah dijangkau
  2. Lebih mengarah pada keinstanan, contoh makanan kalengan
  3. Harga mengarahnke kalangan menengah atas
  4. Mutunya lebih bagus
  5. Mempunyai legalitas, contoh SNI
  6. Lokasi lebih di atur lagi
  7. Melakukan penyembangan antara pasar modern dan pasar tradisional
  8. Buka 24 jam
  9. Pemilihan lokasi lebih diatur lagi
  10. Transaksi pembayran lebih lama
  1. Pemilihan lokasinyanlebih di atur lagi
  2. Manajerialnya lebih di tingkatkan lagi
  3. Infrastruktur lebih ditingkatkan seperti fasilitas-fasilitas pendukung seperti, toilet mushola dan tempat penitipan barang, dan lain-lain
  1. Pasar Tradisional
Perkembangan
Pengembangan
  1. Kalah saing denganpasar modern
  2. Penataannya lebih diatur dan kebersihannya
  3. Lebih baik dan meningkatkan dalam segi kualitas
  4. Segi keamannya semakin meningkat dan terjamin
  5. Lebih dilakukan penataan
  1. Meningkatakan kenyamanan
  2. Lebih dilakukan penanganan produk lain ditingkatkan
  3. Dibuat kepengurusan dalam segi manajemen
  4. Dilakukan penataan tempat
  5. Pasar tradisional dengan pasar modern
Produk : Gethuk
Nama produk : Gedhok Gethuk di Gedhog
Harga : Rp 1.000,-
Pemasaran : Pasar Modern
Alasan : Dipasarkan di pasar-pasar modern karena pasar modern tata letaknya leovasi lebih tertata rapid an konsumennya rata-rata lebih berfikir pada suatu yang baru atau inovasi baru.
  1. Pembahasan
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal dua jenis pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional identik dengan jaman dahulu dan pedesaan. Sedangkan pasar modern identik dengan masa depan dan perkotaan yang padat penduduk. Namun saat ini, masih banyak pasar tradisional yang masih tersisa dan banyak peminatnya walaupun sudah banyak pasar modern menjamur di perkotaan bahkan pedesaan.
Pengertian pasar tradisional sendiri adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung. Barang-barang yang diperjualbelikan adalah barang-barang kebutuhan pokok. Contoh pasar tradisional yang masih bertahan adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, Pasar Klewer di Solo, dan Pasar Johar di Semarang.
Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dengan cara melayani diri sendiri dan semua harganya pas tanpa bisa ditawar. Hampir semua jenis barang dijual dipasar modern, seperti sayuran, buah-buahan, makanan kaleng, susu, bumbu dapur bahkan bahan makanan dari luar negeri pun tersedia dipasar modern ini. Contoh pasar modern adalah Superindo, Carefour, Indomaret, Alfamart, dan Circle K.
Pada pasar modern, penjual dan pembeli tidak bertemu langsung. Pembeli tahu harga sebuah barang hanya dari label harga yang tertera di rak produk tersebut dan membayarnya di kasir. Pembeli pun melayani diri sendiri dengan mengambil sendiri bahan yang diinginkan atau biasanya ada seorang sales yang membantu. Pasar modern berada di sebuah ruang yang nyaman dan bersih sehingga para konsumen lebih tertarik pada kenyamanan dan kebersihannya.
Bila kita berbelanja di pasar tradisional kita tidak akan menemukan antrian kasir yang panjang, karena di pasar tradisional pembeli dan penjual akan melakukan transaksi langsung. Pembeli pun dapat menanyakan terlebih dahulu tentang harga barang yang akan dibelinya. Namun sayang, letak pasar tradisonal terkadnag masih semerawut dan acak-acakan, sehingga para konsumen tidak ingin berlama-lama dipasar tradisional.
Bahan makanan di pasar modern lebih higienis karena tidak mungkin ada lalat yang hingga diatas bahan makanan tersebut. Hampir semua bahan makanan atau barang-barang lain melewati proses penyortiran sebelum bisa memasuki pasar modern. Tata letak pada pasar modern lebih rapid an sesuai dengan bahan makanan, contohnya antara daging dan sayuran akan diletakan berjauhan sedangkan bahan makanan dalam bentuk kemasan juga berda di rak yang berbeda.
Lokasi pembangunan pasar modern pun strategisndan mudah dijangkau di kota maupun di desa. Sebelum membeli produk, konsumen dapat melihat harhga produk yang tercantum pada setiap rak , sehingga memudahkan para konsumen. Kebanyak produk yang berda di pasar modern telah memiliki label SNI yang telah melalui proses penilaian mutu sehingga aman dikonsumsi ataupun dipakai oleh konsumen.
Pasar modern memiliki harga yang sudah ditentukan sehingga konsumen tidak bisa menawar harga. Harga yang tertera pada label di rak telah terkena pajak dari pasar modern tersebut. Pasar modern memiliki standar harga sendiri sehingga harga yang diberikan oleh pasar modern jauh lebih mahal dibandingkan dengan pasar tradisional.
Tidak semua produk dipasaran dijual di pasar modern, biasanya produk-produk yang ada di pasar modern adalah produk yang laku dipasaran saja. Pasar modern membeli produk tersebut dengan harga seminimal mungkin namun pasar modern menjual produk tersebut kepada konsumen semahal mungkin. Hal ini membuat para supplier produk menjadi rugi karena produknya dibeli murah.
Pada pasar tradisional terdapat beragam pilihan, bila bahan makanan yang kita inginkan tidak ada maka kita bisa memilih bahan makanan penggantinya. Variasi mutu pun ada, dari kualitas bahan makanan yang jelek hingga kualitas yang terbaik pun tersedia. Barang yang tersedia pu lebih banyak dan bermacam-macam jenisnya.
Dari segi harga, pasar tradisional menawarkan harga yang lebih murah dan teerjangkau dikalangan ekonomi rendah. Masalah harga pun masih bisa tawar menawar hingga memperoleh kesepakatan. Hal ini membuat sosialisai antar sesame menjadi sebuah nilai plus dari pasar tradisional. Pasar tradisional dapat membuka lapangan pekerjaan dan di pasar tradisional terdapat jasa angkut.
Sayangnya, lokasi pasar tradisional kurang bersih sehingga membuat ketidaknyaman para konsumen. Produk yang ada di pasar tradisional tidak melewati proses penyortiran sehingga terkadang produk yang dibeli sudah busuk atau jelek. Tata letak antara bagian daging dan sayuran berdekat sehingga tidak higienis. Manajemen keuangannya kurang baik dan penyimpanan keuangan juga kurang baik. Begitu juga fasilitas pembayarannya kurang memadai.
Perkembangan pasar modern adalah lebih mudah dijangkau namun lokasinya harus diatur lagi karena terkadang pada satu wilayah terdapat dua minimarket. Karena mutu dan kualitas bahan makanan lebih bagus dan melewati proses penyortiran sehingga harga yang ditawrkan menjadi lebih mahal dan harganya lebih mengarah pada kalangan ekonomi keatas. Produknya pun memiliki standar tersendiri dan berstandar SNI.
Pengembangan pasar tradisional adalah pemilihan lokasi tempat berdirinya minimarket ataupun upermarket lebih di atur lagi agar rapi. Infrastrukturnya perlu ditingkatkan dan ditambak lagi, seperti mushola, toilet, tempat penitipan barang, dan lain-lain.
Perkembangan pasar tradisional adalah kalah saing dengan pasar modern. Segi keamanan semakin meningkat dan terjamin karena ada penjagaan dari warga sekitar atau satpam. Selain itu, penataannya sudah mulai baik dan lebih bersih sehingga konsumen merasa nyaman.
Pengembangannya adalah lebih meningkatkan layanan pelanggan dan melakukan penyortiran terhadap bahan makanan yang akan dijual agar kualitas dan mutunya tetap terjaga. Dalam segi manajerialnya, harus diterapkan sistem manajerial yang baik agar tidak mendapat kesulitan saat mengatur keuangan.
Dalam praktikum manajemen bisnis acara 2 kali ini, kelompok kami membuat rencana bisnis pembuatan makanan dalam kemasan. Makanan tersebut masih termasuk kedalam makanan tradisional dari daerah Gunungkidul, Yogyakarta yaitu Gethuk. Gethuk yang kita buat berasal dari Gethuk asli namun kita kemasan dalam kemasan plastic yang menarik seperti halnya bahan makanan atau snack yang dijual dipasaran.
Nama produk yang kita tawarkan adalah GEDHOK yang berarti Gethuk di Gedhok. Harga jual produk ini adalah Rp 1000,- per kemasan. Kami memilih memasarkan produk GEDHOK dipasar modern karena dipasar modern tata letaknya lebih tertata rapid an konsumennya rata-rata lebih berfikir tentang suatu yang baru atau inovasi baru yang belum ada dipasaran.
Industri yang berbasis agro biasanya lebih memilih pasar tradisional karena dipasar tradisional para produsen menjual harga yang tinggi dan keuntungan untuk para penjual pun relative sedikit ketimbang dipasar modern yang membeli produk dengan harga serendah mungkin namun harga jualnya sangat tinggi. Pada pasar tradisional terdapat macam-macam pembeli dan mudah untuk memasarkannya tanpa harus melewati proses penyortiran karena bila produk tersebut memiliki mutu yang jelek pasti produk tersebut tidak laku dan merugikan bagi si produsen produk tersebut.
BAB V
KESIMPULAN
  1. Kesimpulan
  1. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar yang terjadi.
  2. Pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga
  3. Kekuatan pasar modern : Lebih higienis, melewati proses penyortiran, dan bisa melihat harga produk. Kekurangan pasar modern : Tidak bisa menawar, harga lebih mahal, dan merugikan supplier.
Kekuatan pasar tradisional : Lebih murah, bisa menawar, dan bisa mencari alternative lain bila barang yang dicari tidak ada. Kekurangan pasar tradisional : Kebersihan kurang, tidak melewati proses penyortiran, dan manajemen keuangan kurang baik.
  1. Perbedaan pasar tradisional dan pasar modern adalah masalah mutu atau kualitas, kenyamanan konsumen dan harga yang ditawarkan. Pada pasar tradisional tidak melewati proses penyortiran, harga lebih murah namun tempat kotor atau semerawut. Sedangkan, pada pasar modern melalui proses penyortiran namun harga mahal tetapi tempatnya bersih dan nyaman.
  2. Persamaan pasar tradisional dan pasar modern adalah sama-sama menjual bahan makanan, seperti sayuran, buah-buahan, beras, ikan, daging, dan bumbu dapur.
  1. Saran
  1. Co.ass mendorong praktikan agar lebih aktif.
  2. Ruang praktikum nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Keegaen Kotller. 2000. Pemasaran. Liberty. Jakarta

Maynardo, Brian. 2010. Perbedaan Antara Pasar Modern dan Pasar Tradisional.http://a67532.wordpress.com/category/tugas-softskill/perbedaan-antara-pasar-modern-dan-pasar-tradisional.html. Diakses Jumat, 16 Maret 2012. Pukul 17.26 WIB.

Permadi, Gilang. 2007. Pedagang Kaki Lima.Yudhistira. Jakarta.

Sofiah, Luvy. 2009. Seri Panduan Belajar dan Evaluasi Ekonomi. Yudhistira. Jakarta.

sumberhttps://nunnamea.wordpress.com/2012/04/18/persamaan-bisnis-pasar-tradisional-dan-pasar-modern/