PASAR DUNIA TRANSAKSI BERKAH DAN TERPERCAYA

Pasar Dunia Membantu Penjualan dan pembelian barang dan jasa yang anda perlukan.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 02 September 2016

Jual Ayam Jago Jali Berjambul

Pasar Dunia. Jual Ayam Jali Berjambul

Melayani jual ayam Jali Berjambul dengan berbagari ukuran. Ayam dewasa dengan jambul sudah sangat panjang dan berjalu (taji) panjang. Di samping itu ada ayam Jali Walik atau Bulu Terbalik. Bagi yang berminat silahkan hubungi kami di nomor telephon dibawah ini:

0813-1162-7762















Senin, 01 Februari 2016

Pasar dan Pemasaran

 1. Pengertian pasar dan pemasaranPengertian Pasar : Kelompok individual (perorangan maupun organisasi) yang mempunyai permintaan terhadap barang tertentu, berdaya beli dan berminat merealisasikan pembeliannya. Pengertian Pemasaran : Kegiatan pemasar untuk menjalankan bisnis (profit atau nonprofit) guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang dan atau jasa, menetapkan harga, mendistribusikan, serta mempromosikannya melalui proses pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan. JENIS-JENIS PASAR Pasar Konsumen : Sekolompok pembeli yang membeli barang untuk dikonsumsi, bukan dijual atau diproses lebih lanjut Pasar Industri : Pasar yang terdiri individu dan lembaga atau organisasi yang membeli barang untuk dipakai lagi, baik lansung maupun tidak langsung, dalam memproduksi barang lain kemudian dijual
2. Jenis-jenis pasar
Menurut bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pasar nyata
    Pasar dimana barang-barang yang akan dijual belikan dan dapat dibeli oleh pembeli. contohnya pasar tradisional dan pasar swalayan.
2. Pasar Abstrak
    Pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
Menurut cara transaksinya pasar dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pasar tradisional
    Pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung. Barang-barang yang dijual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok.
2. Pasar modern
Pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mall, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya.
Jenis pasar menurut keleluasaan distribusi dibedakan menjadi:
1. Pasar lokal
2. Pasar daerah
3. Pasar internasional
3. Konsep-konsep inti pemasaran
Konsep pemasaran meliputi:
1. Kebutuhan
2. Keinginan
3. Permintaan
4. Produksi
5. Utilitas
6. Nilai dan kepuasan
7. Pertukaran
8. Transaksi dan hubungan pasar
9. Pemasaran dan pasar
     Kita dapat membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan keputusan dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam. Sedangkan permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.
4. Manajemen pemasaran
1. Keadaan permintaan dan tugas pasar
a. Permintaan negatif
   Sebuah pasar berada dalam status permintaan negatif jika sebagian besar pasar tidak menyukai produk tertentu dan bahkan bisa saja membayar untuk mencegahnya. Tugas pemasaran adalah menganalisa mengapa pasar tidak menyukai produk tersebut dan apakah program pemasaran yang terdiri dari perencangan ulang produk, harga yang lebih rendah, promosi yang lebih baik dan dapat mengubah keyakinan dan perilaku pasar.
b. Permintaan nol
   Konsumen tidak sadar atau tidak tertarik pada produk tertentu. Tugas pemasaran adalah menemukan cara untuk menghubungkan manfaat produk tersebut dengan kebutuhan dan minat alami seseorang.
c. Permintaan laten
   Banyaknya konsumen yang memiliki kebutuhan yang kuat yang tidak dapat dipuaskan oleh produk yang sudah ada. Tugas pemasaran adalah mengukur ukuran pasar potensial dan mengembangkan produk yang dapat memuaskan permintaan tersebut.
d. Permintaan Menurun
   Cepat atau lambat, setiap usaha akan menghadapi permintaan yang menurun pada satu atau lebih produknya. Tugas pemasaran adalah membalikan arah penurunan permintaan melalui pemasaran ulang yang kreatif.
e. Permintaan Tidak teratur
   Terdapatnya permintaan yang berubah-ubah secara musiman atau harian bahkan setiap jam, sehingga menimbulkan masalah kelebihan atau kekurangan kapasitas. Tugas pemasaran adalah mencari jalan untuk mengubah pola permintaan yang sama melalui penetapan harga yang fleksibel, promosi dan insentif lainnya. Ini yang disebut dengan synchromarketing.
f. Permintaan penuh
   Bila perusahaan mengalami kepuasan dengan volume bisnis mereka. Tugas pemasaran adalah mempertahankan tingkat permintaan saat ini ditengah perubahan preferensi konsumen dan peningkatan persaingan.
g. Permintaan berlebihan
  Keadaan dimana permintaan lebih besar daripada penawaran. Keadaan seperti ini biasanya tidak dapat bertahan lama karena akan segera dilirik oleh pengusaha untuk segera memenuhi permintaan tersebut. Disinilah kita dapat merauk keutungan apabila kita jeli melihat peluang-peluang semacam ini.
h. Permintaan Tak Bermanfaat
    Produk yang tak bermanfaat akan mengundang usaha yang terorganisir untuk mengurangi konsumsinya. Tugas pemasaran adalah merangkul orang-orang yang menyukai produk yang tak bermanfaat agar menghentikannya.
2. Falsafah manajemen pemasaran
    Segala aktivitas haruslah dilandasi oleh falsafah. Falsafah pemasaran harus menjadi pedoman seluruh aktivitas pemasaran. Terdapat 5 falsafah/pedoman yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan aktivitas pemasaran, yaitu:
1. Production Concept
    Konsumen lebih menyukai produk yang tersedia secara luas dan murah harganya.
2. Product Concept
    Konsumen menyukai produk produk yang menawarkan kualitas, dan kinerja terbaik, serta fitur fitur yang inovatif
3. Selling Concept
  Konsumen dan pebisnis hanya akan membeli produk yang melakukan usaha usaha pemasaran yang aktif. Konsumen tidak akan membeli jika tidak ada usaha pemasaran yang gencar
4. Marketing Concept
   Kunci pencapaian sasaran organisasi adalah seberapa efektif suatu perusahaan dalam menciptakan, menyampaikan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang lebih superior kepada target pasarnya disbanding dengan pesaingnya
5. Holistic Marketing Concept
  Merupakan konsep menyeluruh atas relationship marketing, integrated marketing, internal marketing, social responsibility marketing
5. Bauran Pemasaran
Pengertian Promosi : Arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan sesorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran TUJUAN SISTEM PEMASARAN Ada empat alternatif dari sistem pemasaran yaitu : Memaksimumkan Konsumsi Pekerjaan pemasaran adalah memudahkan dan merangsang konsumsi maksimum, akhirnya menciptakan produksi, kesempatan kerja, dan kemakmurkan maksimum Memaksimumkan Kepuasan konsumen Tujuan sistem pemasaran lain adalah memaksimumkan kepuasan konsumen, bukan konsumsi. Tetapi mengukur kepuasan konsumen tidak mudah ; belum adanya tolak ukur kepuasan dari produk pada individu, kepuasan dari produk atau jasa yang baik diimbangi oleh kejelekkan dari pencemaran lingkungan, kepuasan yg diterima sesorang tergantung dari sedikitnya orang lain memiliki barang tersebut. Memaksimumkan Mutu Hidup
6. Tujuan Sistem Pemasaran
Memaksimumkan Mutu Hidup Termasuk didalamnya kualitas, kuantitas, ketersediaan, dan harga pokok barang ; mutu lingkungan fisik; dan mutu lingkungan kultur PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI PEMASARAN Pendekatan Seba Fungsi Dari apa saja kegiatan pokok pemasaran, yaitu : pembelian, pengangkutan, penjualan, penyimpanan, pembelanjaan, penanggungan resiko, standarnisasi dan grading, pengumpulan informasi pasar Pendekatan Serba Lembaga Dilihat dari lembaga atau organisasi yang terlibat dalam pemasaran, misal : produsen, suplier, perantara dagang dsb Pendekatan Serba barang (Pendekatan Organisasi Industri) Studi tentang bagaimana barang berpindah dari produsen ke konsumen akhir atau konsumen industri Pendekatan Serba Manajemen Dilihat dari pendapat manajer serta keputusan yang diambil
7.Pendekatan dalam mempelajari pemasaran
1. Pendekatan Seba Fungsi

   Dari apa saja kegiatan pokok pemasaran, yaitu :pembelian, pengangkutan, penjualan, penyimpanan,pembelanjaan, penanggungan resiko, standarnisasi dan grading, pengumpulan informasi pasar.
2. Pendekatan Serba Lembaga
   Dilihat dari lembaga atau organisasi yang terlibat dalam pemasaran, misal : produsen, suplier, perantara dagang dan sebagainya.
3. Pendekatan Serba barang (Pendekatan Organisasi Industri)
  Studi tentang bagaimana barang berpindah dari produsen ke konsumen akhir atau konsumen industry Pendekatan Serba Manajemen Dilihat dari pendapat manajer serta keputusan yang diambil.
4. Pendekatan Serba Sistem
  Menyangkut elemen-elemen yang luas dalam system pemasaran termasuk pendekatan serba fungsi, manajemen, produk, dan lembaga.

Jumat, 01 Januari 2016

Eksistensi Pasar Tradisional Ditengah Pesona Pasar Modern

Eksistensi Pasar Tradisional Ditengah Pesona Pasar Modern

PENDAHULUAN
Di Indonesia, supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Supermarket bermerek asing mulai masuk ke Indonesia pada akhir 1990-an semenjak kebijakan investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel dibuka pada 1998. Meningkatnya persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di kota-kota  kecil dalam rangka  mencari pelanggan baru dan terjadi perang harga. Akibatnya, bila supermarket Indonesia hanya melayani masyarakat kelas menengah-atas pada era 1980-an sampai awal 1990-an (CPIS 1994), penjamuran supermarket hingga ke kota-kota kecil dan adanya praktik pemangsaan melalui strategi pemangkasan harga memungkinkan konsumen kelas menengah-bawah untuk mengakses supermarket (Suryadarma, 2007).
Kota Pati merupakan salah satu kota kecil di Indonesia. Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 1.503,68 km2. Dengan jumlah penduduk mencapai 1.265.225 pada akhir tahun 2009, maka Kabupaten Pati secara umum mempunyai kepadatan penduduk 841 jiwa per km2. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2008 sebesar 830 jiwa per km2 (BPS, 2009). Namun hal itu tidak menutup kemungkinan bagi usaha ritel modern untuk memasuki pangsa pasar ritel tradisional. Saat ini banyak kita jumpai minimarket di sepanjang jalan di kota, seperti minimarket Alfamart, Indomart, dan minimarket sejenis lainnya yang menjamur di beberapa tempat strategis di kota Pati.. Yang paling menonjol adalah kehadiran Luwes Supermarket yang berada di Jalan dr.Sutomo. Supermarket dan minimarket ini menjual berbagai kebutuhan rumah tangga serta berbagai produk lainnya yang kualitasnya tidak jauh berbeda dengan produk yang dijual di Pasar tradisional ataupun peritel rumahan.
Kehadiran peritel modern pada awalnya tidak mengancam pasar tradisonal. Kehadiran para peritel modern yang menyasar konsumen dari kalangan menengah keatas, saat itu lebih menjadi alternatif dari pasar tradisional yang identik dengan kondisi pasar yang kumuh, dengan tampilan dan kualitas yang buruk, serta harga jual rendah dan sistem tawar menawar konvensional. Namun sekarang ini kondisinya telah banyak berubah. Supermarket dan Hypermarket tumbuh bak cendawan dimusim hujan. Kondisi ini muncul sebagai  kosekuensi dari berbagai perubahan dimasyarakat. Sebagai konsumen, masyarakat menuntut hal yang berbeda di dalam aktifitas berbelanja. Kondisi ini masih ditambah semakin meningkatnya pengetahuan, pendapatan, dan jumlah keluarga berpendapatan ganda (suami istri bekerja) dengan waktu berbelanja yang terbatas. Konsumen menuntut peritel untuk memberikan nilai lebih dari setiap sen uang yang dibelanjakan. Peritel harus mampu mengakomodasi tuntutan tersebut jika tak ingin ditinggalkan para pelanggannya (Ekapribadi, 2007).
Keberadaan supermarket dan minimarket yang tersebar luas di kota Pati tentu saja sedikit banyak berpengaruh terhadap ritel tradisional di pasar tradisional ataupun ritel rumahan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Esther dan Didik (2003)  memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang dimasyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan saja tetapi sudah merambah sampai kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai minimarket, supermarket bahkan hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata telah membuat para peritel kelas menengah dan kelas bawah mengeluh. Dampak keberadaan pasar modern terhadap pedagang pasar tradisional mungkin tidak secara jelas, sebab ada juga beberapa penyebab lain turunnya kinerja usaha pasar tradisional. Misalnya karena Pedagang Kaki Lima (PKL), keadaan pasar yang kurang nyaman, turunnya daya beli masyarakat akibat krisis, dan penyebab lainnya.
PASAR TRADISIONAL
Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik tradisional yang menerapkan system transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan, dan lainnya (Sinaga,2008).
Harga dipasar tradisional ini mempunyai sifat yang tidak pasti , oleh karena itu bisa dilakukan tawar menawar. Bila dilihat dari tingkat kenyamanan, pasar tradisional selama ini cenderung kumuh dengan lokasi yang tidak tertata rapi. Pembeli di Pasar tradisional (biasanya kaum ibu) mempunyai perilaku yang senang bertransaksi dengan berkomunikasi /berdialog dalam hal penetapan harga, mencari kualitas barang, memesan barang yang diinginkan, dan perkembangan harga-harga lainnya.
Barang yang dijual dipasar tradisional umumnya barang-barang lokal dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual di pasar tradisional dapat terjadi tanpa melalui penyortiran yang kurang ketat. Dari segi kuantitas, jumlah barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang dicari tidak ditemukan di satu kios tertentu, maka dapat dicari ke kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari produsen, distributor, sub distributor, pengecer, konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional antara lain system pembayaran ke distributor atau sub   distributor dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau memberikan discount komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang yang kurang diminati konsumen. Selain itu, dapat mengalami kesulitan  dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan menejemen sehingga melemahkan daya saing.
Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah. Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, termasuk kerjasama  swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar (Pepres RI No. 112, 2007).
Sebagian konsumen pasar tradisional adalah masyarakat kelas menengah kebawah yang memiliki karakteristik sangat sensitive terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relative tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah kebawah untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional (Wildan, 2007).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung. Dalam pasar tradisional terjadi proses tawar menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-sehari seperti bahan – bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu ada juga yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak di temukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar (Wikipedia, 2007)
PASAR MODERN
Pasar Modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, department store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya (Sinaga, 2008).
Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang lokal, pasar modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian yang ketat sehingga barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti. Pasar modern juga mmberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, display barang perkategori mudah dicapai dan relatif lengkap, informasi produk tersedia melalui mesin pembaca, adanya keranjang belanja atau keranjang dorong serta ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang bekerja secara profesional. Rantai distribusi pada pasar ini adalah produsen – distributor – pengecer/konsumen.
Dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung. Pembeli melihat label harga yang tercantum dalam bar code, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang- barang yang dijual, selain bahan makanan seperti: buah, sayuran, daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan, Hypermart, Supermarket, dan Minimarket (Wikipedia, 2007).
EKSISTENSI PASAR TRADISIONAL DENGAN MODERN
Di Indonesia pangsa pasar dan kinerja usaha pasar tradisional menurun, sementara pada saat yang sama pasar modern mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kontribusi pasar tradisional sekitar 69,9% pada tahun 2004, menurun dari tahun sebelumnya (2003) sekitar 73,7%. Kondisi sebaliknya terjadi pada Supermarket dan Hypermarket, kontribusi mereka kian hari kian besar. Pada tahun 2003 kontribusi pasar modern sebesar 26,3 % mengalami kenaikan pada tahun berikutnya, 2004 menjadi 30,1% (Anonimous, 2007).
Tabel: Kontribusi pasar tradisional dan pasar modern dalam memenuhi kebutuhan pasar :
Tahun
Pasar Tradisional (%)
Pasar Modern (%)
Permintaan Pasar
2000
78,1
21,9
100
2001
75,2
24,8
100
2002
74,8
25,2
100
2003
73,7
26,3
100
2004
69,9
30,1
100
Sumber: Penelitian Lembaga AC.Nielsen (2007)
Menurunnya kinerja pasar tradisional selain disebabkan oleh adanya pasar modern, penurunannya justru lebih disebabkan oleh lemahnya daya saing para peritel tradisional (Harmanto, 2007). Kondisi pasar tradisional pada umumnya memprihatinkan.Banyak pasar tradisional yang tidak terawat sehingga dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh pasar modern kini pasar tradisional terancam oleh keberadaan pasar modern. Ekapribadi (2007) menambahkan bahwa mengenai kelemahan yang dimiliki pasar tradisional. Kelemahan tersebut telah menjadi karakter dasar yang sangat sulit di ubah. Faktor desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan kualitas barang, promosi pengeluaran, jam operasional  pasar yang terbatas, serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen (Wiboonpongse dan Sriboonchitta 2006). Hal ini diperkuat dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Paesoro (2007) menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar tradisional dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar tradisional, bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. Supermarket sebenarnya mengambil keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional.
Diantara berbagai kelemahan yang telah disebutkaan diatas, pasar tradisional juga memiliki beberapa potensi kekuatan, terutama kekuatan sosio emosional yang tidak dimiliki oleh pasar Modern. Kekuatan pasar tradisional dapat dilihat dari beberapa aspek . Aspek-aspek tersebut diantaranya harganya yang relatif lebih murah dan bisa ditawar, dekat dengan pemukiman, dan memberikan banyak pilihan produk segar. Kelebihan lainnya adalah pengalaman berbelanja memegang langsung produk yang umumnya masih sangat segar. Akan tetapi dengan adanya hal tersebut bukan berarti pasar tradisional bukan tanpa kelemahan. Selama ini justru pasar tradisional lebih dikenal memiliki banyak kelemahan, antara lain kesan bahwa pasar terlihat becek, kotor, bau, dan terlalu padat lalu lintas pembelinya. Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, dimana wanita diperkotaan umumnya berkarier sehingga hampir tidak mempunyai waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional (Esther dan Dikdik, 2003).
Perubahan gaya hidup konsumen dalam perilaku membeli barang ritel diantaranya dipengaruhi oleh  kemudahan dan penjaminan mutu dari pasar modern, diantaranya: Pertama melalui skala ekonominya, pasar modern dapat menjual lebih banyak produk yang lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Kedua, informasi daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses publik.Ketiga, pasar modern menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih, dengan jam buka yang lebih panjang, dan menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti kartu kredit untuk peralatan rumah tangga berukuran besar. Keempat, produk yang di jual dipasar modern, seperti bahan pangan, telah melalui pengawasan mutu dan tidak akan dijual bila telah kadaluwarsa (Setiadi N, 2003).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SMERU (Suryadarma et al, 2007), mereka melakukan berbagai strategi harga seperti strategi limit harga, strategi pemangsaan lewat pemangkasan harga (predatory pricing), dan diskriminasi harga antar waktu (inter-temporal price discrimination). Misalnya memberikan diskon harga pada akhir minggu dan pada waktu tertentu. Sedangkan strategi nonharga antara lain dalam bentuk iklan, membuka gerai lebih lama, khususnya pada akhir minggu, bundling/tying (pembelian secara gabungan), dan parkir gratis.
KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN PATI
Kehadiran pasar modern, terutama supermarket dan hipermarket, dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di perkotaan. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil (Kompas 2006). Berdasarkan hasil studi A.C. Nielsen, pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional menyusut 8% per tahun. Jika kondisi ini tetap dibiarkan, ribuan bahkan jutaan pedagang kecil akan kehilangan mata pencahariannya. Pasar tradisional mungkin akan tenggelam seiring dengan tren perkembangan dunia ritel saat ini yang didominasi oleh pasar modern.
Pati mempuyai 21 kecamatan, dan hampir di setiap kecamatan memiliki pasar sebagai representasi hubungan sosial-ekonomi  di Pati. Rata-rata pasar di masing-masing kecamatan adalah pasar tradisional, jumlah keseluruhan  83 pasar tradisional, 2 pasar grosir tradisional (BPS, 2009).
Sekarang ini di pusat kota kabupaten dibanjiri supermarket, minimarket dan mall. Tak ada lagi logika perimbangan antara jumlah penduduk kota dengan kebutuhan pasar/tempat berbelanja masyarakat. Sementara itu, di desa-desa, pasar tradisional sudah mulai tidak digemari. Para pedagang “sambat” dengan menurun drastisnya pengunjung. Belum habis penderitaan pedagang pasar tradisional karena sepi pembeli, muncul program renovasi pasar yang disertai dengan membumbungnya harga kios (Husaini, 2005).
Meskipun informasi tentang gaya hidup modern dengan mudah diperoleh, tetapi tampaknya masyarakat masih memiliki budaya untuk tetap berkunjung dan berbelanja ke pasar tradisional. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaan itu adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja dipasar modern (Kompas, 2007).
Pedagang tradisional yang terkena imbas langsung dari keberadaan supermarket atau hipermarket adalah pedagang yang menjual produk yang sama dengan yang dijual di kedua tempat tersebut. Meskipun demikian, pedagang yang menjual makanan segar (daging, ayam, ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lain-lain) masih bisa bersaing dengan supermarket dan hipermarket mengingat banyak pembeli masih memilih pergi ke pasar  tradisional untuk membeli produk tersebut. Keunggulan pasar modern atas pasar tradisional adalah bahwa mereka dapat menjual produk yang relatif sama dengan harga yang lebih murah, ditambah dengan kenyamanan berbelanja dan beragam pilihan cara pembayaran. Supermarket dan hipermarket juga menjalin kerja sama dengan pemasok besar dan biasanya untuk jangka waktu yang cukup lama. Hal ini yang menyebabkan mereka dapat melakukan efisiensi dengan memanfaatkan skala ekonomi yang besar.
Hal ini senada dengan pernyataan dari Daniel (2007) bahwa dampak umum persaingan antara pasar ritel pada pengusaha ritel tradisional adalah negatif dan kerap  mengikuti pola yang sama. Pengusaha ritel tradisional pertama yang terpaksa menutup bisnisnya umumnya adalah mereka yang menjual barang-barang umum, makanan olahan, produk susu, lalu di ikuti oleh toko yang menjual produk segar dan pasar basah. Setelah beberapa tahun bergelut dengan persaingan, perngusaha ritel tradisional yang biasanya masih tetap bertahan berdagang adalah mereka yang menjual satu jenis produk atau mereka yang berjualan dilokasi dimana supermarket secara resmi tidak diperkenankan untuk masuk.
Meskipun dengan kondisi yang tidak menguntungkan, tetap ditemukan adanya pasar tradisional yang mampu bertahan karena dikelola dengan baik dan memperhatikan seluruh aspek seperti kebersihan, kenyamanan, dan keamanan dalam berbelanja. Di Pati, Pasar-pasar utama di tingkat kecamatan dan Kota sebagian besar masih bertahan, meskipun dibeberapa wilayah desa, pasar desa suduh mulai kepayahan atau tidak lagi beroperasi karena kehilangan pelanggan. Paesoro (2007) menyebutkan bahwa kelebihan pasar tradisional adalah kekhasannya yang tidak dimiliki oleh pasar modern, seperti jual-beli dengan tawar-menawar harga dan suasana yang memungkinkan penjual dan pembeli menjalin kedekatan.
ANTISIPASI MEMPERTAHANKAN PASAR TRADISIONAL
Pasar tradisional selalu menjadi indikator nasional dalam stabilitas pangan seperti beras, gula, dan sembilan kebutuhan pokok lainnya. Kelangkaan beras di pasar misalnya, menyebabkan pemerintah kalang-kabut dan dapat menjadi ukuran kinerja para menteri bidang ekonomi. Bahkan pada masa-masa Pemilihan Umum maupun Pemilihan Kepala Daerah, pasar tradisional selalu menjadi target tempat kampanye para calon Presiden maupun Calon Kepala Daerah.
Pasar tradisional di seluruh Indonesia masih merupakan wadah utama penjualan produk-produk berskala ekonomi rakyat seperti: petani, nelayan, pengrajin dan home industri (industri rakyat). Puluhan juta orang menyandarkan hidupnya kepada pasar tradisional. Interaksi sosial sangat kental didalam pasar, mulai dari tata cara penjualan (sistem tawar menawar) sampai dengan ragam latar belakang suku dan ras didalamnya (komunitas mana yang selengkap di pasar tradisional ?; mulai dari Keturunan Arab, Cina, Batak, Padang, Sunda, Jawa, Madura, semua ada). http://appsijatim.multiply.com/reviews/item/3
Pemerintah harus lebih serius dalam menata dan mempertahankan eksistensi pasar tradisional. Bagaimanapun, keberadaan pasar tradisional merupakan pusat kegiatan ekonomi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Atribut pasar tradisional yang terkenal dengan kekumuhannya harus segera dihilangkan. Agar semua kalangan tidak malas pergi ke pasar tradisional, kenyamanan pembeli harus diprioritaskan. Jangan sampai pasar tradisional tergerus dengan perkembangan pasar modern. Karena arus globalisasi mendorong modernisasi di segala dimensi kehidupan. Hal ini dimaksudkan agar pasar tradisional menjadi penyeimbang pasar modern. Sebab, pasar tradisional bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat,  mulai dari orang kaya hingga orang miskin.
Beberapa pasar, seperti pasar Sukolilo, pasar Tambakromo, pasar Karaban, dan pasar Kayen  yang letaknya di pinggir jalan sering menyebabkan kemacetan. Hal ini disebabkan karena berjubelnya penjual dan pembeli, sehingga banyak pihak yang dirugikan terutama para pengguna jalan. Pasar tradisional juga sering disandingkan dengan ’’ketidakmampuan’’, kemelaratan, atau kemiskinan. Pergi ke pasar modern lebih bergengsi daripada ke pasar tradisional (Rohim, 2009).
Selama ini pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja yang kumuh, becek, serta bau, dan karenanya hanya didatangi oleh kelompok masyarakat kelas bawah. Asumsi seperti itu juga telah melekat dalam benak mayoritas masyarakat Pati.  Gambaran pasar seperti diatas harus dirubah menjadi tempat yang bersih dan  nyaman bagi pengunjung. Dengan demikian masyarakat dari semua kalangan akan tertarik untuk datang dan melakukan transaksi di pasar tradisional. Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai keberlangsungan dunia usaha harus memberikan kesempatan yang sama terhadap pedagang kecil, menengah maupun pedangang besar (Kompas, 2007).
Masalah infrastruktur yang hingga kini masih menjadi masalah serius di pasar tradisional adalah kebersihan dan tempat pembuangan sampah yang kurang terpelihara, kurangnya lahan parkir, dan buruknya sirkulasi udara. Belum lagi ditambah semakin menjamurnya PKL yang otomatis merugikan pedagang yang berjualan di dalam lingkungan pasar yang harus membayar penuh sewa dan retribusi. PKL menjual barang dagangan yang hampir sama dengan seluruh produk yang dijual di dalam pasar. Hanya daging segar saja yang tidak dijual oleh PKL. Dengan demikian, kebanyakan pembeli tidak perlu masuk ke dalam pasar untuk berbelanja karena mereka bisa membeli dari PKL di luar pasar.
Para pedagang , pengelola pasar, dan perwakilan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menyatakan bahwa hal penting yang harus dilakukan untuk menjamin keberadaan pasar ini adalah dengan memperbaiki infrastuktur pasar tradisional, penataan ulang para PKL, dan penciptaan praktik pengelolaan pasar yang lebih baik. Kebanyakan para pedagang secara terbuka mengatakan keyakinan mereka bahwa kehadiran supermarket tidak akan menyingkirkan kegiatan bisnis mereka bila persyaratan diatas terpenuhi (Harmanto, 2007)
Kondisi tersebut diatas  membutuhkan adanya langkah nyata dari pedagang pasar agar dapat mempertahankan pelanggan dan keberadaan usahanya. Para pedagang di pasar tradisional harus mengembangkan strategi dan membangun rencana yang mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan konsumen sebagaimana yang dilakukan pasar modern. Jika tidak, maka mayoritas pasar tradisional di Indonesia beserta penghuninya hanya akan menjadi sejarah yang tersimpan dalam album kenangan industri ritel di Indonesia dalam waktu yang relatif singkat.
Pertarungan sengit antara pedagang tradisional dengan peritel raksasa merupakan fenomena umum era globalisasi. Jika Pemerintah tak hati-hati, dengan membina keduanya supaya sinergis, Perpres Pasar Modern justru akan membuat semua pedagang tradisional mati secara sistematis. Hanya tinggal menunggu waktu pasar tradisional akan mati oleh pasar modern.  Setelah tertunda 2,5 tahun, Peraturan Presiden (Perpres) No 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, serta Toko Modern (biasa disebut Perpres Pasar Modern), akhirnya ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 27 Desember 2007 lalu. Terdapat enam pokok masalah diatur dalam Perpres yaitu definisi, zonasi, kemitraan, perizinan, syarat perdagangan (trading term), kelembagaan pengawas, dan sanksi. Soal zonasi atau tata letak pasar tradisional dan pasar modern (hypermart), menurut Perpres, disusun oleh Pemerintah Daerah (Parman, 2009).
Sudah saatnya Pemerintah Pusat mempunyai peraturan atau kebijakan yang secara khusus mengatur pasar modern. Seiring dengan meningkatnya persaingan di bisnis ritel, ada beberapa hal yang harus menjadi landasan bagi pembuat kebijakan untuk menjaga kelangsungan hidup pasar tradisional. Pertama, memperbaiki sarana dan prasarana pasar tradisional. Masalah keterbatasan dana seyogianya dapat diatasi dengan melakukan kerja sama dengan pihak swasta. Konsep bangunan pasar pun ketika renovasi harus diperhatikan sehingga permasalahan seperti konsep bangunan yang tidak sesuai dengan keinginan penjual dan pembeli serta kurangnya sirkulasi udara tidak terulang kembali. Kedua, melakukan pembenahan total pada manajemen pasar. Sepatutnya, kepala pasar yang ditunjuk memiliki kemampuan dan kepandaian manajerial. Ketiga, mencari solusi jangka panjang mengenai PKL yang salah satunya adalah menyediakan tempat bagi PKL di dalam lingkungan pasar. Pedagang tradisional selama ini selalu dihadapkan pada masalah permodalan dan jaminan/asuransi atas barang dagangannya. Oleh sebab itu, sudah saatnya pemda dan lembaga keuangan setempat memerhatikan hal ini. Strategi pengadaan barang yang kerap menjadi strategi utama pedagang tradisional adalah membeli barang dagangan dalam bentuk tunai dengan menggunakan dana pribadinya. Kondisi ini berdampak negatif terhadap usaha. Mereka menjadi sangat rentan terhadap kerugian yang disebabkan oleh rusaknya barang dagangan dan fluktuasi harga.  Untuk menghindari tenggelamnya pasar tradisional akibat kehadiran pasar modern, diperlukan pendekatan yang terpadu bagi ketiga permasalahan di atas, yakni adanya regulasi untuk melindungi pasar tradisional, dukungan perbaikan infrastruktur, penguatan manajemen dan modal pedagang di pasar tradisional (Paesoro, 2007).
KESIMPULAN
1.       Perkembangan Pasar Modern sudah berlangsung sejak tahun 1970-an. Awalnya pasar modern hanya sebagai pasar  alternatif akan tetapi dalam perkembangannya, saat ini keberadaan pasar modern cukup mengancam keberadaan pasar tradisional;
2.       Pasar tradisonal adalah pasar yang dikelola secara sederhana dengan bentuk fisik tradisional yang menerapkan system transaksi tawar menawar secara langsung dimana fungsi utamanya adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat baik di desa, kecamatan, dan lainnya;
3.       Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, department store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya;
4.       Ekasistensi Pasar Tradisional mengalami penurunan seiring dengan semakin besarnya data tarik pasar modern. Penurunan kinerja pasar modern selain di sebabkan oleh maraknya pasar modern, juga disebabkan karena kelemahan manajemen pasar tradisional, masalah infrastruktur, dan lemahnya kerjasama, daya dukung permodalan dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen;
5.       Di tengah kondisi yang kurang menguntungkan, dengan segala kelebihan yang ditawarkan dan kekurangan yang dimiliki oleh pasar tradisional di Pati masih banyak yang bertahan terutama pasar-pasar tradisional utama yang terletak di tingkat kecamatan dan tingkat kota;
6.       Diperlukan upaya untuk mempertahankan pasar tradisional yang merupakan salah satu pusat ekonomi yang berbasis rakyat kecil,.langkah-langkah tersebut antara lain:  
a.    Daya dukung peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
b.      Perbaikan infrastruktur, sarana dan prasana;
c.       Penguatan menejemen pasar;
d.      Dukungan  permodalan

DAFTAR PUSTAKA
A.C. Nielsen (2005) Asia Pacific Retail and Shopper Trends 2005 [Tren Pembeli dan Ritel Asia Pasifik 2005].http://www.acnielsen.de/pubs/documents/RetailandShopperTrendsAsia2005.pdf
Anonimous. 2007. Kajian Dampak Ekonomi Keberadaan Hypermarket Terhadap ritel/pasartradisional. http://72.14.235.132/search?q=cache:IdHJXpmFiqcJ:www.indef.or.id/xplod/upload/pubs/exum_Hypermartket.PDF+dampak+pasar+modern+terhadap+pedagang+sayur+di+pasar+tradisional&cd=8&hl=id&ct=clnk&gl+id.      
BPS. 2009. Pati Dalam Angka
 Daniel, Wahyu. 2007. Peran Pasar Tradisional Memudar, DPD Tuding Pemodal Besar. Detiknet. Jakarta.http://jkt6a.detikspot.com/red/2007/08/23/105431/820634/4/
            peran-pasar-tradisional-memudar-dpd-tuding-pemodal-besar.
Esther dan Didik. 2003. Membuat Pasar Tradisional Tetap Eksis.Sinar Harapan. Jakarta
Harian Kompas. 2007. Hasil Penelitian: Pepres Tidak Ubah Kondisi Pasar Tradisional. Jakarta.                http://www.kompas.com/kompas-cetak/0704/19/ekonomi/3466033.htm
Harmanto. 2007. Pasar Tradisional Kita Semakin Babak Belur. http://harmanto.blog.detik.com/index.php/archieves/61
Husaini.2005.Membaca TataRuang Pati. 
Indrakh. 2007. Pasar Tradisional Di Tengah Kepungan Pasar Modern. http://www.indrakh.wordpress/2007/09/03/Pasar-Tradisional-di-Tengah-Kepungan-Pasar -Modern/
Kompas (2006) ’Jangan Biarkan Pasar Bersaing dengan Hipermarket’ [online] http://www.kompas.com/kompas-cetak/0606/02/metro/2693747.htm [3 November 2010]
Paesoro, Adri. 2007. Pasar Tradisional di Era Persaingan Global. http://www.Smeru.or.id [17 November 2010]
BPS. 2009. Pati Dalam Angka
Rohim, M Abdul. 2009. Pembangunan Pasar Tradisional Pati.http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/11/09/87259/Pembangunan-Pasar-Tradisional-Pati-. [29 November 2010].
Setiadi, N.J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Sinaga, Pariaman. 2008. Menuju Pasar yang Berorientasi Pada Perilaku Konsumen. Artikel 
Suryadarma dkk. 2007. Laporan Penelitian: Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Pusat-pusat Perkotaan di Indonesia].Jakarta: Lembaga Penelitian  SMERU http://smeru.or.id.report/reseach/Supermarket/Supermarket_ind.pdf
Wiboonponse, Aree dan Songsak Sriboonchitta (2006). Mengamankan Partisipasi Produsen Kecil dalam Sistim Agro-Makanan Nasional dan Regional Yang Terestrukturisasi: Kasus Thailan. Regoverning Markets[online] http://www.regoverningmarkets.org [29 November 2010]
Wildan, Ekapribadi. 2007. Pasar Modern: Ancaman Bagi Pasar Tradisional.Wordpress.Jakarta
Wikipedia. 2007. Pasar. http://id.wikipedia.org/wiki/pasar/
____. Pertumbuhan Ritel Modern dan Dampaknya bagi Ritel Tradisional. http://appsijatim.multiply.com/reviews/item/3 [20 November 2010]

Siti Qorrotu Aini (Kantor Litbang Kab. Pati).Sumberhttp://litbang.patikab.go.id/

Selasa, 01 Desember 2015

Hasil Observasi Pasar Tradisional 3

HASIL OBSERVASI TENTANG SIKAP PEMBELI TERHADAP PEDAGANG DI PASAR GEDE BAGE


BAB I

PENDAHULUAN


1.1        Latar Belakang


Makhluk hidup akan menjalin hubungan saling ketergantungan antar makhluk hidup di dalam komunitas. Selain itu, makhluk hidup juga akan menjalin hubungan dengan lingkungannya manusia merupakan mahluk social dimana saling membutuhkan satu sama lainya disamping itu manusia merupakan mahluk yang konsumarisme dan tidak terlepas dari urusan keperniagaan dan otomatis akan menimbulkan respon antara dari stimulus yang ada.

Perdagangan merupakan sebuah konsep perekonomian yang paling tua umurnya, dari zaman peradaban dahulu1 sampai saat ini, perdagangan menjadi sentral perekonomian dunia. Perdagangan adalah menawarkan produk yang kita punyai untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup, baik untuk yang memproduksi maupun untuk para konsumen. Salah satu contoh perdagan ialah pasar. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli barang maupun jasa dengan adanya kesepakatan harga antara kedua belah pihak, atau disebut transaksi.

Pasar Gede Bage Bandung, merupakan pasar tradisional yang ada di kawasan Bandung selatan. Pasar Gede Bage ini, merupakan sental perekonomian bagi masyarakat Bandung Selatan khususnya, karena pasar di pasar Gede Bage ini, terdapat berbagai macam kebutuhan kehidupan manusia, dari mulai sandang, pangan, dan papan yang berbagai jenis, bentuk, dan harganya.

Pasar Tradisional, ialah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada proses tawar menawar, infrastrukturnya biasanya terdiri dari kios/gerai, los, dan dasaran terbuka. Dari adanya penjual dan pembeli maka timbulah transaksi dan komunikasi yang diwarnai dengan berbagai sikap para pengunjung atau pembeli terhadap pedagang dengan begitu hubungan sosiosistempun terciptakan. Oleh karena itu, laporan penelitian ini berjudul “SIKAP PENGUNJUNG TERHADAP PEDAGANG di PASAR GEDE BAGE”


1.2       Problematika

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, Sikap seorang pengunjung atau pembeli terhadap pedagang itu bervariasi, tergantung individu masing-masing. Faktor interaksi social dan sikap sangat mempengaruhi terhadap kelangsungan transaksi antara pedagang dan pembeli bahkan bisa menghambat terjadinya transaksi diantara keduanya, mengapa hal ini  bisa terjadi? Apakah yang menyebabkan transaksi antara mereka berjalan dengan lancar? Bagaimana pedagang menyikapi respon dari pembeli terhadap karena adanya pemicu yang menimbulkan berbagai komplein yang lontarkan oleh para pembeli?


1.3       Tujuan Penelitian

Setelah meneliti atau mengamati keadaan pasar Gede Bage, khususnya mengamati para perilaku pembelinya, sesuai keadaan sebenarnya, tujuan laporan penelitian ini selain untuk menjelaskan uraian pertanyaan yang kami rangkum dalam pembahasan Problematika di atas, juga untuk menjelaskan tujuan yang lebih struktural yang terbagi kedalam dua kategori, diantaranya sebagai berikut :

1.      Tujuan Ilmiah, yaitu sebagai bentuk keteraturan kesepakatan proses perkuliahan antara kami (peneliti) dan dosen sebagai pengajar atau pemberi materi dan arahan, sehingga laporan ini sebagai salah satu pemenuhan tugas akademik mata kuliah Ekologi Manusia.

2.      Tujuan Operasional, adapun tujuan operasional ialah sebagai gambaran mengenai perilaku pengunjung atau pembeli terhadap pedagang yang ada di Pasar Gede Bage  mengenai sosiosistem yang tercipta di tempat tersebut bagaimana sikap pembeli dan interaksi yang seperti apakah yang mereka ciptakan dengan ditelitinya hal tersebut kita bisa mengetahui pola interaksi yang tercipta dan kita bisa mendeskripsikan sosiosistem yang ada di pasar Gede Bage.


1.4       Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Dengan adanya laporan ini, penulis dapat memenuhi tugas Kelompok yang merupakan tugas terstruktur mata kuliah Ekologi Manusia dan menambah wawasan mengenai Perilaku atau sikap pengunjung terhadap pedagang.

2. Bagi Pembaca

Dengan adanya pembahasan ini pembaca akan mendapatkan penjelasan dan menambah pengetahuan mengenai Perilaku atau sikap pengunjung atau pembeli terhadap pedagang di teliti oleh penulis di lingkungan pasar tradisional Gede Bage Bandung.




BAB II

METODE PENELITIAN


2.1       Teknik Pengumpulan Data

a.      Observasi

Tehnik Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati atau memperhatikan obyek penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung serta mengadakan pencatatan tentang hasil pengamatan tersebut secara sistematis.

Adapun teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi aktif yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan data tentang sikap pembeli terhadap pedagang di pasar Gede Bage. Kami juga dalam proses mencari data yaitu menggunakan system kelompok dalam kelompok yaitu berkelompok tetapi dalam pencarian datanya di bagi dua yang bertujuan supaya data yang kami peroleh banyak.

b. Wawancara (Interview)

Teknik wawancara adalah teknik percakapan dengan maksud tertentu . Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan percakapan antara peneliti dan narasumber sehingga adanya proses tanya jawab antara peneliti sebagai penanya, dan para pedagang di pasar sebagai penjawabnya (narasumber).

c. Dokumentasi

Penelaahan teori-teori besar tentang pasar dan perekonomian. Yang penulis rujuk untuk menjadikannya tambahan dan penyempurnaan laporan ini. Diantaranya adalah Dokumentasi Karya Ilmiah, dan Internet.








2.2  Editing dan Koding data

Karena keterbatasan waktu, maka kami tidak dapat melampirkan Data Koding. Oleh karena itu, otomatis editing pun tidak ada. Maka kami hanya melampirkan dan membahas dengan mengumpulkan data dari interview atau wawancara, dan internet.


2.3  Analisis Data ( Sosiosistem)

Pasar merupakan tempat dimana terdapat banyak tersedia makanan atau benda untuk memenuhi kebutuhan manusia guna untuk melangsungkan kebutuhan hidupnya. Dengan adanya penjual dan pembeli maka terjadilah hubungan interaksi social yang terjadi diantara keduanya.

Dengan pertemuan kedua orang tersebut pada satu tempat yang sama tetapi mempunyai tujuan yang berbeda dimana saling menguntungkan satu sama lainya. Maka tak jarang dari kedua maksud tersebut timbul respon yang positif tak jarang juga yang timbul itu bisa respon negatif, tergantung bagaimana seseorang menanggapinya. Terkadang orang yang merespon positif mendapat respon positif pula. Oleh sebab itu sangat diperlukan sikap yang baik, baik itu penjual ataupun pembeli dalam suatu pasar, Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk menjaga hubungan antara penjual dan pembeli. Akan tetapi, apabila jika salah satu diantara penjual ataupun pembeli bersikap kurang baik maka akan mendapat respon yang kurang baik juga. Hubungan antara penjual dan pembeli haruslah berlangsung dengan baik agar terjalin interaksi yang positif.


BAB III

DESKRIPSI TEMUAN PENELITIAN LAPANGAN


3.1       Sikap Pembeli terhadap Pedagang

Gambar 1.1 Kelompok 8 ketika akan melakukan observasi lapangan ke pasar Gede Bage Sabtu 20/04/2013

Pada hari Sabtu (13/04/2013) kami mengunjungi pedagang yang berjualan Nasi kuning sekaligus bubur ayam yang bernama Ibu Iroh sudah berjualan selama 18 Tahun di Pasar Gede Bage. Beliau asli dari tasik.di bandung,beliau ada di bandung hanya merantau. Beliau memaparkan bahwa seorang pedagang haruslah bersikap yang baik agar konsumen juga merasa nyaman dan bersikap baik pula pada pedagang.karena itu yang dirasakan oleh Ibu Iroh.

Gambar 1.2 Ibu Iroh penjual nasi kuning saat di wawancarai oleh salah satu kelompok kami yaitu Khoerunisa Ambar Hasna


Ibu Iroh bersikap baik kepada pembeli,jadi sikap pembeli juga baik terhadap Ibu Iroh.Ibu Iroh tidak pernah bersikap kasar kepada pembeli,bahkan ketika preman sekali pun yang membeli nasi kepada Ibu Iroh , Ibu Iroh selalu bersikap baik.bubur yang dijual Ibu Iroh dijual dengan harga 3000/mangkok,sedangkan nasinya tergantung dengan lauk pauknya. karena Ibu Iroh tidak hanya menjual nasi kuning dan bubur.tetapi beliau juga menjual lauk pauk.menurut beliau para pembeli selalu bersikap ramah kepada beliau, itu di karenakan sikap beliau juga ramah kepada pembeli.

Menurut kami, di zaman yang seperti sekarang ini, jarang sekali ada pedagang yang ramah kepada pembeli. apalagi jika pembeli awalnya menawar, lalu terjadi tawar menawar dengan pedagang, tetapi pada akhirnya pembeli tidak jadi membeli, disitu pedagang terkadang kesal dan marah-marah kepada pembeli, karna sudah tawar menawar, tetapi tidak jadi membeli. tetapi Ibu Iroh tidak seperti itu, Ibu Iroh sangat baik terhadap pembeli, beliau selalu welcome kepada siapapun yang mendatanginya. karena menurut beliau, pedagang butuh pembeli, jika tidak ada pembeli, pedagang tidak punya pendapatan, walaupun pendapatan itu tidak banyak, tetapi setidaknya bisa untuk makan sehari-hari.

Tapi menurut pemamparan Ibu Iroh bahwa terkadang pembeli juga berhutang kepadanya walaupun besoknya dibayar oleh pembeli yang berhutang sehingga Ibu Iroh kadang kurang mendapat untung pada hari itu, Tetap bu Iroh menyikapinya dengan santai dan lapang dada, bu Iroh sadar dalam dagang ada pasang surutnya.

Gambar 1.3 Salah satu kelompok kami Jamal sedang mewawncarai salah satu pedagang makanan di Gede Bage.


Selain bu Iroh kami mendapatkan informasi dari beberapa responden diantaranya yaitu, Bapak Arif usianya 45 tahun yang bertempat tinggal di Leuwi Goong dan beliau berjualan sayuran di Pasar Gede Bage. Pak Arif menjual varian sayuran seperti wortel, kol, salada dan lain sebagainya, kita tahu bahwa sayuran sekarang sudah dikategorikan kebutuhan primer dalam urusan rumah tangga, maka tak heran sekarang harga sayuran sering mengalami lonjatan harga, dari informasi yang kami dapat dari pak Arif bahwa sekarang harga sayuran sudah stabil kembali setelah sebelumnya mengalami kenaikan harga,dari factor kenaikan harga tersebut tak jarang banyak pembeli yang sedikit protes. Pak Arif menyikapinya dengan tenang dan santai saja, beliau sudah biasa menghadapi sikap para konsumen yang pro dan kontra.

Tetapi dengan sikap Pak Arif yang ramah terhadap pembeli sehingga ada pembeli juga yang merasa enjoy dengan pelayanan dari pak arif, maksud pelayanan di sini yaitu cara komunikasi beliau untuk berinteraksi sehingga menciptakan pengaplikasian sosiosistem terealisasikan secara baik meskipun  beliau tidak menyadari secara langsung.

Gambar 1.4 pak arif penjual sayuran saat setelah diwawancara.


Kemudian selain Pak Arif kami juga mencoba utuk mendapatkan informasi dari Pak Iron yang usianya 28 tahun dia seorang pedagang ayam, kami lebih menganalisis para pedagang yang objek dagangannya itu lebih bersifat urgent  atau termasuk pada dagangan yang primer. Ayam merupakan salah satu makanan yang rating pembeliannya itu cukup tinggi dipasaran maka tak jarang sering terjadi lonjatan harga yang cukup drastis apa lagi ketika ada moment tertentu seperti bulan puasa, menurut informasi yang kami peroleh, kenaikan harga tersebut bisa disebabkan karena para peternak ayam mengurangi pemasokanya dikarenakan ada wabah penyakit yang menyerang ayam para peternak ayam tersebut.

Gambar 1.4 pak Iron Penjual daging ayam.


Sama seperti sebelum- sebelumnya, ketika harga ayam naik tak sedikit para pembeli yang protes, sikap pak Iron sama seperti sikap pak Arif santai dalam menghadapi pembeli, dengan karakter pak Iron yang humoris, dia lebih bisa membawa pembeli enjoy dengan transaksinya meskipun dibumbuhi dengan celotehan-celotehan yang bisa memberikan nyaman kepada pembeli dan celotehan yang pak Iron utarakan tidak keluar batas.

Yang dijadikan objek obsrvasi kami bukan hanya pedagang pangan tetapi pedagang sandang juga dijadikan objek analisis kami, kami melakukan wawancara dengan Pak Iwan usianya 40 tahun dia seorang perantau dari pulau sebrang yaitu Sumatra, dan menetap sekarang di Cileunyi, Bandung. Pak Iwan berjualan pakaian di pasar Gede Bage.

Terkadang dalam karakter seseorang atau realisasi penyikapan seseorang ada yang responsible ada yang non-responsible, factor perbedaan daerah atau tempat asal terkadang bisa menimbulkan satu ketimpangan dalam beriteraksi karena tidak adanya satu sifat. Meskipun Pak Iwan bukan dari keturunan Sunda dan dari keturunan Sumatra sering orang menjustifikasi bahwa orang sebrang itu mempunyai watak yang keras tetapi tidak semua seperti apa yang dikata, buktinya Pak Iwan, memang beliau kelihatan dari luarnya seperti orang yang keras tetapi setelah kami berbincang- bincang dengannya Pak Iwan sangat ramah dan enak utuk diajak ngobrol.

Gambar 1.5 Pak Iwan seorang penjual Jeans setelah diwawancarai.


Berdasarkan penuturan beliau mengenai pernyataan yang kami utarakan prihal sikap pembeli terhadap pedagang, menurut penuturan beliau para pembeli yang datang menampakan sikap yang bervariatif ada yang responsible dan non responsible begitupula ada yang ramah da nada yang biasa saja tetapi Pak Irwan menanggapinya dengan santai saja sekalipun ada pembeli yang rewel terkadang dalam hati beliau seringkali terpancing emosi tetapi itulah warna warni dalam berdagang.

Dalam penuturan beliau mengatakan bahwa seringkali bertukar pikiran atau bisa dikatakan sharing dengan mahasiswa-mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung  yang berasal dari negeri sebrang yaitu dari Malaysia dan juga dari luar pulau seperti dari papua. Maka tak heran ketika kami berbincang dengan Pak Iwan, beliau menuturkan argumennya menggambarkan seseorang yang mempunyai intelegensi yang tinggi. Maka disana kita bisa tahu bahwa pendidikan itu tidak terbatas pada semua umur sekalipun itu hanya seorang pedagang, skill dan intelektual harus seimbang demi kelancaran dalam menjalani kehidupan.

Dari deskripsi hasil observasi yang telah kami paparkan diatas, kami mendapatkan suatu kesimpulan bahwa sikap seseorang itu bagaimana stimulus dari objek sikap tersebut, sikap itu di realisasikan dalam bentuk perilaku baik itu dalam situasi dan kondisi apapun seseorang pasti akan memiliki tendensi dalam merealisasikan sikap tersebut. Dari hasil observasi tersebut kami meneliti pengaktualisasian sikap seorang individu terhadap individu lain khusunya dalam berniaga. Sikap yang di tampakan seorang pembeli terhadap seorang pedagang itu merupakan salah satu pendeskripsian realisasi sikap dalam bentuk interaksi baik itu secara komunikatif ataupun tidak tetapi membentuk satu sosiosistem dari pelaku objek sikap.

BAB IV

PEMBAHASAN


4.1       Pendekatan analisis Sosiosistem

Sosiosistem adalah sebuah system interaksi dengan manusia lainya seperti adaptasi, seleksi, kompetisi, resiliensi, toleransi dan lain-lain yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dilapangan.

Dilihat dari keadaan sosiosistem di pasar Gede Bage,komponen sosiosistem yang ada di pasar Gede Bage yaitu penjual dan pembeli. dari segi adapatasinya sudah tercipta adanya kesinambungan antara penjual dengan pembeli meskipun tidak secara terorganisir tetapi sudah terbentuk, tidak hanya itu dari segi interaksinya terjalin dengan baik meskipun terkadang ada ketimpangan misalnya ada pro dan kontra yang dipicu oleh kenaikan harga .

Disini sosiosistem yang dibangun dapat mewujudkan sosiologis, disamping adanya nilai-nilai komitmen dan integritas antara pihak yang berinteraksi. Pola interaksi yang tercipta yaitu dari sikap yang di munculkan oleh penjual terhadap pembeli dan itu kan memicu komunikasi antara keduanya.

Adaptasi antara manusia dengan sesama manusia yang bersifat benda misalnya, adaptasi dalam mengonsumsi menu makanan pokok atau makanan tambahan, tidak hanya itu juga adaptasinya merembah seperti ke pakaian atau kebutuhan sekunder yang lainnya. Misalnya mahasiswa yang lapar setelah selesai kuliah, mampir di rumah makan yang telah dihidangkan dan dimasak oleh pihak rumah makan, dan mahasiswa teresebut mengkomsumsi hasil kerja pihak rumah makan itu. Contoh lain misalanya dalam bentuk perlengkapan rumah tangga seperti perlengkapan dapur, kamar tidur, ruang tamu dan yang lainnya, mereka sama-sama beradaptasi.

Dalam sosiosistem terjadi keteraturan karena adanya arus materi dan energy yang dikendalikan oleh informasi antara komponen dalam sosiosistem itu. Informasi itu bisa berupa fisik atau benda, sifat, warna, kelakuan, suhu, keadaan, bentuk dan isyarat.


BAB V

PENUTUP


5.1       Kesimpulan

Dalam setiap  keadaan dan dimanapun kita berada tentunya kita tidak terlepas dari bagaimana kita bersikap dan berperilaku, karena bersikap merupakan komponen utama dalam berinteraksi dengan sesama. Begitu juga sikap yang tumbuh dari para pembeli terhadap pedagang khususnya di Pasar Gede Bage yang bervariasi dan juga berbeda-beda karena masing-masing individu tentunya mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda-beda terhadap objek sikap yang mereka hadapi.

Dalam sikap itu ada penyikapan, disini para penjual merespon atau menyikapi dari sikap pembeli, meskipun terkadang rewel tetapi para pedagang sabar dan tenang dalam menyikapi siakap para pedagang. Berdasarkan fakta dilapangan bahwa disini sudah membentuk satu konsep sosiosistem antara pedagang dan pembeli meskipun mereka tak menyadarinya, dengan adanya interaksi dan komunikasi dari keduanya maka secara tidak meyadari bahwa mereka sudah membentuk satu sosiosistem dalam lingkungan pasar tersebut.


5.2       Saran

Sebagai sentral transaksi jual dan beli, dan juga sebagai tempat perekonomian yang sangat tinggi, pasar seharusnya menjanjikan dan memberikan kontribusi untuk para manusia, baik pembeli, pedagang, pengusaha, atau pemiliknya. Karena dari pasar interaksi antara penjual dan pemebelinya akan lebih tercipta secara intensif karena sifatnta langsung dan pace to pace. Dan tidak hanya itu dari komunikasi yang tercipata dari penjual dan pembeli maka pasar juga bisa dikatakan sebuah mediasi untuk beeinteraksi dan dari pasar juga kita bisa mengenal dan memahami bebagai sikap dari sang pembeli maka disitulah akan terbentuk sosiosistem meskipun mereka tak menyadarinya . Dengan meningkatakan infrastruktur yang ada dipasar maka kebanyakan orang juga tidak akan berpindah ke supermarket. Jadikanlah kenyataan ini sebagai proses pembangunan citra baru yang lebih baik dan lebih menjanjikan untuk kehidupan pasar kedepannya, karena di pasar tradisional terdapat kesemrawutan yang sangat kontras.




DAFTAR PUSTAKA


Anwar Mufid Sofyan. Ekologi Manusia. Remaja Rosdakarya. Bandung : 2010