Pengeranjin Keramik Binaan PSTKP Tembus Pasar Dunia
“Sejarah terbentuknya Unit Pelayanan Teknis Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Porselin (UPT PSTKP) BPPT di Bali bermula dari semakin sulitnya di dapat bahan baku utama untuk membuat patung, yaitu kayu. Kemudian kami mencari bahan baku alternatif lainnya, agar para pengrajin di Bali tetap dapat bisa berkarya. Setelah melakukan penelitian, kami akhirnya menemukan bahwa jenis tanah liat tertentu dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan keramik dan porselin. Jadi kami mencoba alihkan para pengrajin yang semula membuat patung dari kayu menjadi pengrajin keramik dari tanah liat”, ungkap Kepala Seksi Sarana UPT PSTKP BPPT I Nyoman Sadguna di Jakarta (10/12).
UPT PSTKP Bali, yang juga ikut serta pada pameran Jakarta IKM EXPO di Plasa Pameran Departemen Perindustrian 8–11 Desember 2009 lalu, memfokuskan pada pengembangan desain keramik dan porselin, termasuk didalamnya penelitian bahan baku, teknik pembuatan dan teknik pengglasiran. Selain itu, PSTKP secara aktif memberikan pelatihan-pelatihan serta pembinaan terhadap para pengrajin.
Menurut Nyoman, saat ini terdapat tujuh kelompok pengrajin binaan PSTKP yang terdapat di Bali, termasuk juga pengrajin dari Lombok, Kalimantan dan Jawa Tengah. “Para pengrajin biasanya berkonsultasi tentang bahan baku yang mereka gunakan, seperti misalnya kenapa bahan baku ini mudah pecah. Ada juga yang menanyakan tentang desain seperti apa yang cocok untuk di buat dengan bahan baku ini, seberapa kuat daya tahannya saat proses pembakaran, kenapa model ini tidak bisa dibuat lebih tinggi. Kita coba berikan solusi kepada mereka berkaitan dengan permasalahan tersebut”, katanya.
Menurut Nyoman, saat ini terdapat tujuh kelompok pengrajin binaan PSTKP yang terdapat di Bali, termasuk juga pengrajin dari Lombok, Kalimantan dan Jawa Tengah. “Para pengrajin biasanya berkonsultasi tentang bahan baku yang mereka gunakan, seperti misalnya kenapa bahan baku ini mudah pecah. Ada juga yang menanyakan tentang desain seperti apa yang cocok untuk di buat dengan bahan baku ini, seberapa kuat daya tahannya saat proses pembakaran, kenapa model ini tidak bisa dibuat lebih tinggi. Kita coba berikan solusi kepada mereka berkaitan dengan permasalahan tersebut”, katanya.
Potensi di Indonesia, menurut Nyoman sangatlah besar. Hampir semua daerah di Indonesia memiliki tanah liat yang bisa digunakan sebagai bahan baku. Hanya saja menurutnya, sebagian besar pengrajin masih pada tingkatan pembuatan gerabah. Dengan memberikan pembinaan dan pelatihan, PSTKP mencoba meningkatkan kemampuan pengrajin, selain juga meneliti kandungan tanah liat dari daerah tersebut.
“Banyak hasil produksi keramik dari pengrajin yang sudah menembus pasar luar negeri. Ini merupakan bukti keramik kita sudah diakui oleh masyarakat dunia, baik dari segi kualitas maupun desain keramik itu sendiri. Tentunya, hal ini bisa dijadikan acuan bagi para pengrajin lainnya yang ingin menggeluti bidang seni keramik dan porselin. PSTKP , sesuai kompetensi tentunya siap mendukung hal tersebut”, ungkap Nyoman. (KYRA/humas)
0 komentar:
Posting Komentar