Rabu, 26 Februari 2014

Kebijakan Timah Indonesia Ganggu Pasar Dunia

Kebijakan Timah Indonesia Ganggu Pasar Dunia

Upaya Indonesia mengendalikan perdagangan timah bergaung di pasar logam. Harga komoditas tersebut melambung karena banyak perusahaan tambang menghentikan pengiriman dan sejumlah investor berspekulasi atas berkurangnya pasokan timah secara global.
Indonesia menghasilkan sepertiga timah dunia. Pemerintah mulai Jumat mengharuskan para pengekspor menjual timah melalui bursa domestik. Dengan menjauh dari London, pusat perdagangan timah dunia selama 140 tahun terakhir, Indonesia berharap lebih bisa mengendalikan harga salah satu komoditasnya yang paling bernilai.
Namun, aturan baru itu menemui jalan berbatu. Rabu lalu, PT Timah, salah satu pemasok terbesar timah dunia, menyatakan akan membatalkan sejumlah kontrak karena banyak calon pembeli belum menandatangani kesepakatan dagang di bursa yang baru.
Hal tersebut memicu kekhawatiran atas pasokan timah dunia, yang kini menjadi material penting dalam dunia kelistrikan.
Kamis kemarin, harga timah di London Metal Exchange naik sebesar 0,8% menjadi $22.500 per metriks ton, rekor tertinggi dalam tiga pekan terakhir. Harga timah pekan ini naik sebesar 5%. LME menolak berkomentar mengenai aturan baru pemerintah Indonesia.
Untuk perbesar gambar, klik di sini.
Menurunnya ekspor timah akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, yang berada dalam situasi sulit. Defisit perdagangan kian melebar. Para investor asing dalam beberapa bulan terakhir telah menarik modal dari Indonesia. Akibatnya, indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia merosot dan posisi rupiah terhadap dolar Amerika terdepresiasi.
Pemerintah telah memperkenalkan serangkaian kebijakan yang diarahkan untuk mendongkrak industri sumber daya, yang kerap mengorbankan para pemodal asing serta perusahaan pertambangan. Pemerintah membatasi kepemilikan asing pada sektor pertambangan, serta mengenakan pajak ekspor pada sejumlah mineral mentah guna mendorong sejumlah smelter domestik. Di pasar timah, PT Timah adalah satu-satunya penjual besar timah yang terdaftar di bursa Indonesia.
“Motif sesungguhnya [aturan baru untuk timah] adalah mendorong kenaikan harga,” ujar Charles Swindon, direktur pelaksana firma perdagangan logal, RJH Trading. “Pemerintah melakukannya untuk [keuntungan] pemerintah.”
Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan pekan lalu mengatakan pembatasan ekspor timah akan meningkatkan transparansi harga, mencegah penyelundupan, dan menangkal praktik penghindaran royalti dan pajak oleh penjual dengan cara mengumumkan harga lebih rendah dari nilai yang sebenarnya diterima.
“[Indonesia] telah lama menjadi penghasil timah, tapi belum pernah menjadi penentu harga,” ujar Megain Widjaja, direktur utama Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), tempat timah diperdagangkan. “Jika ada pihak lain bisa, kenapa kita tidak?”
Menurut para analis, tindakan ikut-campur pemerintah di pasar timah dapat berdampak serius. Pasalnya, meski posisi logam tersebut penting dalam sektor manufaktur dunia, jumlah timah yang diperdagangkan setiap harinya tidak banyak. Sehingga, pasar pun akan mudah dilanda gonjang-ganjing.
Sebagian besar pasokan timah Indonesia berasal dari di sejumlah kepulauan di lepas pantai Sumatera. Hampir dua per tiga timah dunia dimanfaatkan oleh Cina, Jepang, dan Amerika Serikat.
simberhttp://indo.wsj.com/posts/2013/09/06/kebijakan-timah-indonesia-ganggu-pasar-dunia/

0 komentar:

Posting Komentar